TEMPO.CO, Karanganyar - Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Perkebunan Nusantara (Persero) IX Hanung Tri Utomo mengatakan saat ini industri gula nasional tengah menghadapi masalah berat. Terutama harga gula lokal yang tak kompetitif dibandingkan gula impor. (Baca: Jawa Tengah Klaim Surplus Gula)
Menurut Hanung, harga pokok produksi gula nasional rata-rata di atas Rp 8.000 per kilogram. "Sedangkan gula asal Thailand hanya Rp 6.000-7.000 per kilogram," katanya saat penggilingan tebu di Pabrik Gula Tasikmadu, Karanganyar, Jumat, 9 Mei 2014. Dia menilai, jika kondisi itu terus dibiarkan, Indonesia akan mengalami kesulitan besar. (Baca: Sebentar Lagi Bulog Impor Gula Rafinasi )
Hanung menambahkan, untuk meningkatkan daya saing gula lokal, PTPN IX kini berupaya berinovasi dengan investasi pada pengadaan evaporator dan pengering gula agar kualitas gula terjaga.
Adapun Administratur Pabrik Gula Tasikmadu Agus Hananto menyatakan kesulitan akan bertambah seiring pelaksanaan ASEAN Free Trade Area pada 2015. Dia bersikap realistis terhadap perkembangan industri gula ketika gula Indonesia kalah bersaing dengan produksi negara di Asia Tenggara lainnya. "Kami tetap meningkatkan daya saing dengan efektivitas dan efisiensi. Namun kami juga mencoba diversifikasi usaha," ujarnya.
Agus mengatakan, di banyak negara, gula tidak lagi jadi sumber keuntungan bagi perusahaan gula. Hal ini akan ditiru PTPN IX dengan mengembangkan potensi agrowisata Sondokoro. "Kami juga akan menggarap pasar retail dengan menjual gula pasir kemasan 1 kilogram. Kami sudah punya sertifikat SNI," katanya. (Baca: RNI Bakal Akuisisi PT Kertas Leces)
UKKY PRIMARTANTYO
Terpopuler
Persib Vs Persija, Viking dan The Jak Tawuran
Ahok Puji Suspensi Bus Scania Empuk
Ini Dia Kesalahan Pertama Van Gaal kepada MU
Berapa Kekayaan Bupati Bogor Rachmat Yasin?
Peserta UN Asal Bali Bunuh Diri, Tweeps Berduka