TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia berkeras tak ada lagi praktek percaloan tiket kereta seiring pemberlakuan sistem penjualan tiket secara online. "Sekarang semua orang bisa lihat di web, bagaimana bisa ada calo? Nanti identitasnya pasti berbeda saat boarding," kata juru bicara PT KAI, Sugeng Priyono, saat dihubungi Tempo, Sabtu, 17 Mei 2014.
Sugeng mengklaim praktek percaloan yang menguasai sejumlah tiket sudah tak bisa dilakukan. Yang mungkin terjadi, kata dia, calon penumpang menitip kepada orang lain dengan membawa kartu tanda identitasnya. "Ini namanya joki," ujarnya. Namun ia mendeteksi adanya orang-orang yang sengaja memesan ratusan tiket via online tapi tak dibayar, sehingga KAI akhirnya memblokir beberapa alamat e-mail pemesan palsu tersebut. (Baca: Stasiun Jatinegara Bebas Calo Tiket Mudik)
Namun, berdasarkan pengamatan Tempo di Stasiun Pasar Senen dan Gambir pada Jumat, 16 Mei 2014, masih ada praktek percaloan. Tiket dijual lebih mahal hingga tujuh kali lipat dari harga resmi. Misalnya, tiket kereta api ekonomi subsidi dari Pasar Senen menuju Lempuyangan, Yogyakarta, bisa dijual dari Rp 250 ribu hingga Rp 350 ribu. Padahal, harga resmi tiket tersebut Rp 55 ribu sampai Rp 70 ribu.
Sugeng mengatakan semua sudah diatur oleh sistem. Kalau ada tiket yang batal dipesan, otomatis dijual kembali secara online. Semua lembaga yang bekerja sama menjual tiket secara online pun tidak memiliki jatah tiket khusus.
Soal memberantas percaloan, tutur dia, KAI masih memberikan hadiah kepada masyarakat yang bisa menangkap calo tiket. "Hadiahnya Rp 500 ribu," ujar Sugeng. Sanksi berat berupa pemecatan diterapkan bagi pegawai KAI yang terbukti melakukan praktek percaloan tiket. (Baca: KAI: Pemudik Belum Terbiasa Beli Tiket Online)
PUTRIADITYOWATI
Berita Terpopuler:
|Pramugari Salat di Pesawat, Ini Tanggapan Garuda
Penjelasan HM Sampoerna Soal PHK Ribuan Pekerjanya
Ganti Kartu ATM, Bank Mandiri Buka Hari Ini
Begini Isi Pelatihan Wirausaha Karyawan Sampoerna
PHK Ribuan Orang, Sampoerna Beri Janji