TEMPO.CO, Jakarta - Tindakan wait and see pengembang properti akan berakhir saat presiden baru terpilih Juli nanti. Diperkirakan, harga properti akan melambung pada akhir tahun. Menurut anggota kehormatan Asosiasi Properti Real Estate Indonesia (REI), Tomi Wistan, kenaikan harga paling tinggi akan dialami rumah sejahtera tapak (RST).
"Harga RST untuk masyarakat berpenghasilan rendah akan naik tinggi," ujar Tomi yang dihubungi pada Selasa malam, 3 Juni 2014.
Saat ini harga RST diperkirakan Rp 113 -185 juta. Harga ini berbeda-beda untuk tiap daerah. Namun, pada awal tahun mendatang, pemerintah akan mencabut subsidi RST yang menggunakan skema kredit pemilikan rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP).
"Peraturan ini sudah ditetapkan Kemenpera dan disahkan Kemenkumham," kata Tomi.
Dengan skema KPR FLPP, masyarakat berpenghasilan rendah dapat mengajukan kredit rumah dengan besar bunga 7,25 persen dalam rentang waktu maksimal 20 tahun. Jika skema ini dihilangkan, RST hanya akan tersedia dalam skala komersial dengan suku bunga lebih besar, yakni 4-5 persen dari skema KPR FLPP.
Sementara itu, untuk harga perumahan dengan harga di atas RST, kenaikan harga akan diserahka pada mekanisme pasar yang bergantung pada besarnya penjualan. "Tapi koreksi harganya tidak akan tinggi," kata Tomi.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Baca juga:
Indeks Harga Properti Residensial Jawa Timur Naik
Bunga KPR Tinggi, Konsumen Tunda Beli Rumah
Terpopuler
Ingin Bahagia? Kuncinya Sekolah yang Tinggi
Tingkat Stres Karyawan Bank Tinggi
Penghentian Produksi Newmont Dilakukan Sepihak