TEMPO.CO , Jakarta: Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan, memperkirakan program swasembada gula akan terhambat akibat anggaran Kementerian Perindustrian dipangkas. “Akan menunda target 5-6 tahun swasembada gula kristal putih dan rafinasi kita,” ujarnya ketika dihubungi Tempo, Senin petang, 16 Juni 2014.
Ia mejelaskan, dari anggaran Kementerian Perindustrian sebesar Rp 300 miliar di antaranya semula dialokasikan untuk restrukturisasi mesin-mesin gula dan swasembada gula. “Ada beberapa dampak dari pemotongan anggaran sebanyak Rp 20 miliar itu,” tuturnya. (Baca: Gula Lokal Rp 8.000, Gula Impor Rp 6.000 per Kg)
Rusman mengungkapkan, pemangkasan angaran Kementerian Perindustrian dapat berujung pada penurunan produktifitas pabrik gula kristal putih yang bisa digiling. “Karena mesin-mesin gula tua sejak jaman penjajahan Belanda tak jadi diperbaharui,” katanya.
Selain itu, peningkatan rendemen gula pun menjadi tertunda karena dana revitalisasi mesin gula berkurang. “Jadi produktifitas mesin pengolahan gula yang semestinya bisa meningkatkan rendemen gula, menjadi tak meningkat,” tutur Rusman. (Baca: Kesepakatan RNI - Bulog Dipicu Gula Rafinasi)
Padahal, menurut dia, ada cara selain menggenjot di masa proses penanaman tebu untuk meningkatkan rendemen gula yang efektif. Caranya dengan mendorong kenaikan rendemen gula di tahap distribusi dan pengolahan di pabrik gula.
Nah, dengan makin lambatnya proses pengolahan gula di pabrik itu secara tidak langsung akan menghambat pergerakan truk pengangkut gula. Truk akan mengantre dalam waktu yang cukup lama sehingga zat gulanya menguat sehingga rendemen berkurang. “Padahal rendemen gula merupakan tolak ukur harga gula pasir putih di pasaran,” ujar Rusman.
Pemangkasan anggaran Kementerian Perindustrian juga akan menghambat rencana
pembuatan mesin gula rafinasi dalam negeri. Padahal, mesin tersebut mutlak dibutuhkan untuk mengurangi impor gula rafinasi yang dilakukan oleh industri makanan dan minuman selama ini.
Rusman menjelaskan, selama ini Indonesia meng impor gula rafinasi dalam bentuk raw sugar dari Thailand. “Diolah sedikit, baru kemudian digunakan untuk minuman-makanan kemasan, seperti dari Unilever, Indofood,dan lain-lain,” tuturnya.
RIDHO JUN PRASETYO
Berita terpopuler:
Jokowi Dianggap Terlalu Banyak Mengulang KJP-KJS
Profil Penumpang Garuda yang Meninggal di Udara
Kemenhub Terima Laporan Kematian Penumpang Garuda