TEMPO.CO, Jakarta - Kapal perang TNI Angkatan Laut KRI Keris berhasil menggagalkan upaya pembajakan sebuah kapal pencari ikan berbendera Taiwan di perairan utara Lombok, Nusa Tenggara Barat, Rabu lalu, 25 Juni 2014. Kapal ikan Taiwan bernama FN Kuo Rong 333 diduga dibajak oleh anak buah kapalnya sendiri yang berjumlah belasan orang.
"Seluruh kru kapal berkewarganegaraan Indonesia, sedangkan nakhodanya orang Taiwan bernama Chen Chih Wen," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama Manahan Simorangkir saat dihubungi Tempo, Kamis, 26 Juni 2014.
Menurut Manahan, sejak awal Armada Timur TNI AL mendapat informasi dugaan pembajakan dari perusahaan pemilik kapal tersebut yang kehilangan kontak selama beberapa hari. Kapal FN Kuo Rong 333 sengaja mematikan transponder dengan tujuan agar tak terlacak keberadaannya. Mendapat informasi tersebut, Gugus Pengamanan Armada Timur pun bersiaga.
Saat berlayar di utara Lombok, KRI Keris menyergap dan melakukan kontak radio dan memeriksa kelengkapan perizinan. Pada saat itulah personel KRI Keris mengamankan nakhoda dan anak buah kapal. (Baca: Kisah Megawati soal Pencuri Ikan di Laut Indonesia)
Kapal ikan berukuran panjang 26,02 meter, lebar 5,5 meter, dan berat 99 gross ton itu pun diamankan di Pangkalan TNI AL di Mataram, Lombok. Menurut informasi sementara yang diperoleh, kapal tersebut berlayar dari Kepulauan Solomon, dekat Papua Nugini menuju barat.
Sayangnya belum diperoleh informasi lengkap ke arah mana kapal tersebut akan ditambatkan. Saat ini penyidik Angkatan Laut sedang menggali informasi dari nakhoda dan belasan anak buah kapal FN Kuo Rong 333. (Baca: Perahu Nelayan Dilaporkan Hilang di Perairan NTT)
"Jika ditemukan fakta pembajakan, maka penyidik akan merampungkan berkas dan segera dikirim ke Kejaksaan," kata Manahan. "Sementara KRI Keris kembali melaut dan melakukan patroli rutin."
Manahan menyebut operasi penggagalan pembajakan kapal ikan Taiwan ini merupakan prestasi bagus dari Gugus Pengamanan Armada Timur. Berdasarkan data TNI AL, perairan wilayah Indonesia timur terbilang jarang terjadi tindak pembajakan. Alasannya, laut di wilayah timur begitu luas dan terbuka. Berbeda dengan perairan barat Nusantara yang sempit dan bernatasan langsung dengan negara tetangga.
"Walhasil, perairan barat lebih aman bagi perompak dan pembajak karena jika dikejar Angkatan Laut salah satu negara, mereka (perompak) akan masuk ke perairan negara lain. Jadi, susah ditindak kalau kita tak bekerja sama dengan Angkatan Laut negara tetangga," ujar Manahan.
INDRA WIJAYA
Berita terpopuler:
Lecehkan Benyamin, Program YKS Trans TV Dihentikan
Elektabilitas Jokowi 45 Persen, Prabowo 38,7 Persen
Saran Ahok buat Risma Soal Penutupan Dolly
Tiang Monorel di Jakarta Dibongkar