TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan yang menemukan kevlar meninggal di usia 90 tahun pada 18 Juni lalu. Stephanie Kwolek, nama perempuan peneliti itu, adalah seorang ahli kimia Amerika Serikat. Ia pada 1965 menemukan serat super-kuat disebut kevlar yang berguna sebagai bahan pelindung tubuh.
"Sintesis pertamanya atas polimer kristal cair dan penemuan Kevlar DuPont telah meninggalkan jejak karier yang terhormat," kata Ellen Kullman, CEO DuPont, seperti dikutip Telegraph, Senin, 30 Juni 2014.
Kwolek, yang bekerja untuk perusahaan kimia DuPont selama empat dekade dari tahun 1946, meninggal di Wilmington, Delaware, akibat sakit.
Penemuan kevlar bisa dibilang tak sengaja. Kwolek awalnya sedang meneliti serat untuk memperkuat ban radial. Dalam prosesnya, ia menemukan campuran kristal cair yang ketika diputar pada suhu lebih dari 200 derajat Celsius bisa menghasilkan serat ringan yang lebih kuat dari baja.
Penelitian lebih lanjut terhadap polimer itu berujung pada penemuan kevlar, bahan yang menjadi bagian penting dari rompi antipeluru, helm, dan komponen pelindung tubuh lainnya. Kevlar juga dipakai dalam pembuatan ban, setelan pemadam kebakaran, lambung kapal, kabel serat optik, selang bahan bakar, pesawat, dan pesawat ruang angkasa. (Baca juga: Cegah Ban Pecah, Pirelli Gunakan Kevlar)
Kevlar terbukti memiliki kekuatan lima kali lebih keras dari baja. "Saya berharap (bahan ini) bisa menyelamatkan nyawa," kata Kwolek kepada sebuah koran lokal pada 2007.
Kwolek dilahirkan pada 31 Juli 1923 di New Kensington, Pennsylvania. Ia lulus dari Carnegie Institution of Technology dengan gelar sarjana kimia dan bekerja di Dupont setahun setelah berakhirnya Perang Dunia II. Kwolek pensiun dari DuPont tahun 1989. Ia dimasukkan dalam daftar Penemu Nasional pada 1994.
TELEGRAPH | MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita Lain:
Wawancara Tempo dengan Jurnalis Allan Nairn
RMS Dukung Jokowi Jadi Presiden
Jokowi Janji Tuntaskan Kasus Pelanggaran HAM