TEMPO.CO , Jakarta: Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi mengatakan, sebagian besar konsumen rumah tangga tak dapat membedakan rupa, warna, dan tekstur daging babi hutan, alias daging celeng. "Jika sudah dioplos dengan daging sapi, secara fisik, daging celeng enggak kelihatan perbedaannya," kata dia, saat dihubungi Tempo, Jumat, 4 Juli 2014. (baca: Cegah Daging Celeng, Bakauheni Diminta Diperketat )
Menurut Tulus, yang dapat membedakan kedua jenis daging itu hanya orang yang sehari-hari memproses daging. Sementara bagi orang awam, hanya ada satu sederhana yang dapat membantu mereka untuk memilah daging, yakni dari harganya. "Kalau ada daging sapi yang harganya lebih murah, justru harus dicurigai." Karena itu, lanjut Tulus, YLKI mengimbau masyarakat lebih waspada, dan memantau terus pergerakan harga daging sapi. (baca:Swasembada Sapi Gagal, Daging Celeng Merebak )
Rata-rata daging sapi saat ini, berkisar pada harga Rp 100 ribu per kilogram. Berdasarkan pantauan YLKI di Pasar Senen, Jakarta, akhir Juni lalu harga daging sapi kelas satu atau daging paha berkisar di harga Rp 90 ribu-95 ribu per kilogram. Adapun daging tetelan Rp 50 ribu per kilogram, dan daging hasta dalam Rp 100 ribu per kilogram. Harga tersebut dinilai lebih normal dibanding tahun lalu, yakni mencapai Rp 120 ribu per kilogram. (baca:Lima Daerah Ini Pasok Daging Celeng ke Jakarta )
Sebelumnya, Badan Karantina Kementerian Pertanian menemukan pola yang berulang dalam penyelundupan daging celeng dari Sumatera ke Jawa. Pemasok daging celeng di Sumatera biasanya meletakkan daging celeng 2-4 ton di warung kopi atau warung yang sudah tidak digunakan. Setelah itu, akan datang angkutan yang mengambil daging celeng tersebut. Pengangkut akan membawa daging celeng ke Jakarta melalui Pelabuhan Bakauheni, Lampung. (baca:Begini Modus Penyelundupan Daging Celeng)
PERSIANA GALIH
Berita Lain:
Rekan Tentara Pembakar Juru Parkir Tak Terlibat
Pembunuh Bharada Rizky Mengaku Anggota Brimob
Brimob Bharada Risky di Mata Orang Tua