TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan pelat merah PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) mengatakan bakal menutup dua pabrik gulanya di Cirebon pada tahun ini. Direktur Utama RNI, Ismed Hasan Putro mengatakan kebijakan itu dibuat karena maraknya gula rafinasi yang merembes di pasar tradisional yamng menyebabkan pabrik gulanya merugi.
“Kami jual produk kami ke pedagang, mereka pada tidak mau beli, soalnya sudah beli gula rafinasi yang harganya jauh lebih muah Rp 500 per kilo gram,” katanya ketika dihubungi Tempo 14 Juli 2014.
Kondisi seperti itu, kata dia, membuat pabrik gula milik RNI sulit bersaing melawan gempuran gula rafinasi. Apalagi dua pabrik yang berencana ditutup itu merupakan pabrik yang sudah berumur ratusan tahun. Singkatnya, pabrik tersebut tidak efisien. “Kenaikan biaya per tahun 8-9 persen sedangkan pertumbuhan harga 1 sampai 2 persen,” katanya.
Perseroan, kata dia, menanggung rugi sebesar Rp 120 miliar tahun lalu untuk lima pabriknya di derah Jawa Barat. Tahun ini diperkirakan membengkak hingga Rp 150 miliar. Maka itu, pengurangan pegawai menjadi dampak yang pasti terjadi. ”Lebih minimal kerugiannya bila bayar pesangon,” katanya.
Ia berharap masalah gula rafinasi ini menjadi fokus Kementerian Perdagangan. Musababnya selama ini Kementerian dinilai bekerja kurang serius. Akhirnya petani gula nasional yang dirugikan karena kalah bersaing dengan gula impor rafinasi. “Apa yang diomongkan pejabat (kemendag) berbeda dengan kondisi lapangan,” katanya.
ANANDA PUTRI
Topik terhangat:
Jokowi-Kalla | Prabowo-Hatta | Piala Dunia 2014 | Tragedi JIS
Berita terpopuler lainnya:
Capres Anda Dicurangi? Ini Cara Lapor ke KPU
Suara Jokowi-JK Nol di 17 TPS di Sampang
Giliran Prabowo Dikirimi 'Surat Cinta'