TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi menjelang pengumuman presiden terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa, 22 Juli 2014, pukul 16.00 WIB. Kepala Riset PT Trust Securities, Reza Priyambada, mengatakan indeks jeblok akibat investor khawatir pengumuman KPU akan memicu rusuh. (Baca: Penutupan Sesi I, Indeks Saham Jeblok)
Pada hari ini, kata Reza, indeks sebenarnya berpotensi menguat. "Namun masih ada sentimen negatif yang membuat pergerakan indeks berbalik arah," katanya, Selasa, 22 Juli 2014. (Baca: Jelang Pengumuman Pilpres, IHSGDiprediksi Menguat)
Pelaku pasar masih khawatir aksi damai yang digelar pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Bundaran Hotel Indonesia hari ini akan berujung kisruh jika hasil pengumuman KPU tidak sesuai harapan mereka. Kekhawatiran tersebut dimanfaatkan mereka dengan melakukan sejumlah aksi profit taking atau ambil untung. Sementara untuk indeks sektoral seperti agrikultur, menurut Reza, pelemahan tersebut karena turunnya harga Crude Palm Oil atau minyak kelapa sawit.
Pada pertengahan sesi sejumlah indeks seperti IHSG ditutup melemah 23 poin ke level 5.103, indeks LQ45 melemah 4 poin ke titik 877, IDX 30 turun 2 poin ke level 450. Sementara indeks sektoral seperti agrikultur terkoreksi 22 poin menjadi 2.198, sektor pertambangan melemah 9 poin ke level 1.455, properti turun 4 poin ke level 469, dan sektor infrastruktur melemah 6 poin ke titik 1.141 poin.
Dari semua indeks yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hanya indeks konsumer dan manufaktur yang menguat. Kedua indeks masing-masing menguat 2,087 poin dan 0,703 poin. Penguatan tersebut karena jumlah permintaan terhadap keduanya masih tinggi menjelang Idul Fitri.
Analis dari Asia Financial Network, Agus Susanto, mengatakan selain dari dalam negeri, tekanan berasal pula dari situasi ekonomi global. Dari bursa global, indeks di Wall Street ditutup negatif.
Penurunan Wall Street dipicu oleh meningkatnya ketegangan politik di Eropa dan Timur Tengah. Sebagian besar emiten Wall Street membukukan kinerja outperform pada triwulan kedua ini, namun fakta itu tidak mampu mendorong kenaikan Wall Street. Tekanan kian besar setelah menurunnya hubungan Rusia dan Barat pascainsiden pesawat MH17.
Meskipun negatif, indeks Dow Jones, kata dia, masih bertahan di atas level 17.000. Gedung Putih dalam pernyataannya mengungkapkan jika Kremlin tidak berupaya menekan aksi sparatis di Ukraina, Barat berencana menambah sanksi kepada Rusia. Di sisi lain, sanksi tersebut justru akan membuat ketidakpastian semakin kuat khususnya di Eropa. "Mengingat separuh lebih kebutuhan energi Eropa dipasok oleh Rusia."
AYU WANDARI | FAIZ NASHRILLAH
Berita Terpopuler
SBY Berhentikan Kepala Staf TNI AD
Berita Potong Kelamin, Ahmad Dhani ke Dewan Pers
Saran Ahok Buat Jokowi Usai Pengumuman Pilpres
Umat Kristen Irak Diminta Pindah Agama
Begini Kantor Jokowi Sebelum Pengumuman Pilpres
Ratusan Mobil Off-road Dilelang Mulai Rp 50 Juta