TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Organisasi Angkutan Darat DKI Jakarta Syafruhan Sinungan mengatakan setiap hari satu bus besar yang beroperasi di Jakarta membutuhkan 150-160 liter solar. Sedangkan bus-bus sedang seperti Metromini dan Kopaja memerlukan sekitar 100 liter solar per hari.
"Mereka rata-rata mengisi solar sebanyak dua sampai tiga kali per hari. Biasanya 30-50 liter sekali isi," kata Syafruhan saat dihubungi, Selasa, 5 Agustus 2014.
Menurut Syafruhan, sampai saat ini ada sekitar 6.900 unit bus sedang dan besar yang beroperasi untuk melayani rute dalam kota DKI Jakarta. Perinciannya, bus sedang sebanyak 5.600 unit dan bus besar 1.300 unit. Dengan begitu, dibutuhkan solar sekitar 560 kiloliter solar untuk bus sedang. Sedangkan bus besar membutuhkan 208 kiloliter solar/biosolar per hari. (baca:Bus Pengguna Solar di Jakarta Tinggal 6.900 Unit)
Syafruhan memprediksi dengan adanya penghapusan solar bersubsidi di wilayah Jakarta Pusat, operator bus kota akan mengalami pembengkakan biaya operasi sampai 65 persen. Dampaknya, harus ada kenaikan tarif hingga dua kali lipat dari tarif yang berlaku sekarang. (baca: Solar Dibatasi, Separuh Kopaja Tak Beroperasi)
"Metromini yang sekarang Rp 3.000 jauh-dekat harus jadi Rp 6.000. Sedangkan Kopaja AC yang sekarang Rp 5.000-Rp 6.000 sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta bisa jadi Rp 10.000-12.000. Tapi tarif kan yang menentukan pemerintah," kata Syafruhan.
Sejak 1 Agustus 2014 kemarin, seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum di Jakarta Pusat dilarang menjual solar atau biosolar bersubsidi. Kebijakan itu disebut untuk menekan potensi jebolnya konsumsi solar bersubsidi berdasarkan kuota dalam APBN-P 2014. (baca: Pengendalian BBM Tekan Konsumsi 1,34 Juta Kiloliter)
KHAIRUL ANAM
Baca juga:
Tim Prabowo Minta Pemilihan Ulang di 33 Provinsi
Dirjen Pemasyarakatan Benarkan Foto Baiat Ba'asyir di LP
12 Pria Disunat Paksa atas Permintaan Istri Mereka
Progres 98 Bikin Rusuh di KPK
Menkopolhukam Perintahkan Tifatul Blokir Konten ISIS