TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali melemah sebagai imbas maraknya sentimen negatif eksternal yang bermunculan. Meningkatnya ketegangan militer di Ukraina dan reaksi Rusia membalas sanksi ekonomi Uni Eropa membuat investor khawatir akan risiko di pasar keuangan global. Tak ayal, di pasar mata uang, mayoritas kurs regional pun melemah terhadap dolar. Rupiah terkoreksi 45 poin (0,38 persen) ke level 11.796,3 pada Kamis, 7 Agustus 2014. (Baca juga: Rusia-Ukraina Memanas, Saham Jeblok ).
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, membenarkan informasi bahwa berlanjutnya pelemahan rupiah memang didominasi tekanan eksternal. Sebab, selain masih dipengaruhi efek pengurangan stimulus moneter (tapering off) bank sentral Amerika Serikat (The Fed), koreksi rupiah disebabkan oleh meningkatnya permintaan dolar sebagai safe haven. “Rupiah merespons tren penguatan dolar di arus global,” katanya. (Baca juga: Dolar Melemah, Rupiah Pimpin Penguatan Regional ).
Baca Juga:
Menurut Rangga, setelah The Fed memastikan melanjutkan tapering off hingga hanya tersisa US$ 25 miliar, investor memang mulai merasakan likuiditas dolar mulai terganggu. Ditambah kekhawatiran terhadap ketegangan bersenjata di Ukraina, dolar pun akhirnya menemukan momentum untuk terus melakukan penguatan. “Ada faktor kecemasan investor yang mendorong dolar cenderung naik,” ujarnya.
Seperti diketahui, dua hari lalu, militer Ukraina mengerahkan pesawat tempur untuk membombardir milisi pro-kemerdekaan di Kota Donetsk. Rusia pun tak tinggal diam, dan disinyalir mulai mengumpulkan pasukannya yang berjumlah 20 ribu orang di perbatasan Ukraina tersebut. Hal ini spontan menyebabkan investor mulai mencemaskan prospek investasinya di pasar keuangan. (Baca juga: Penguatan Rupiah Minim Insentif).
Lantaran hal itu, rupiah pun diprediksi akan semakin berada dalam tekanan. Hari ini, Jumat, 8 Agustus 2014, ada kemungkinan rupiah terus bergerak dalam rentang level 11.800-11.900 per dolar. Neraca transaksi berjalan dalam negeri kuartal II 2014 yang diperkirakan defisit US$ 9 miliar, semakin menambah tekanan pada laju rupiah.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Ini Rapor Kepala Dinas Pendidikan DKI Lasro Marbun
Kisah Pocong di Foto Syahrini Saat Umrah
5 Gugatan Prabowo yang Dipertanyakan Hakim MK
Orang Kaya Baru Indonesia Tersebar di Pedalaman