TEMPO.CO, Pangkalpinang - Dua lokasi di Provinsi Bangka Belitung direncanakan menjadi tempat pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Badan Teknologi Nuklir Nasional (Batan) telah melakukan kajian tapak pembangunan pembangkit itu di Desa Sebagin, Kabupaten Bangka Selatan, dan Teluk Inggris, Kabupaten Bangka Barat. (Baca: Batan: Pulau Bangka Aman untuk PLTN)
Bagaimana sikap pemerintah daerah? "Kami serahkan kepada masyarakat. Kalau warga saya banyak yang menolak, berarti tidak ada alasan bagi saya untuk setuju, meski pemerintah menginginkan PLTN tetap dibangun," ujar Gubernur Bangka Belitung Rustam Effendi kepada Tempo, Sabtu, 13 September 2014. (Baca: Bangun Pembangkit Nuklir, Batan Gandeng Bill Gates)
Banyak warga menolak rencana pemerintah tersebut. Mereka meluapkan aspirasinya itu dalam aksi unjuk rasa di Pangkalpinang. Sejumlah organisasi massa bergabung menggalang tanda tangan penolakan. Mereka menamakan diri sebagai Laskar Bangka Belitung Tolak Nuklir (Beton).
Rustam mengakui bahwa Batan memberikan bantuan beasiswa kepada 72 pelajar di Bangka Belitung. Pihaknya bekerja sama dengan Batan dalam menggunakan nuklir untuk pemandulan jentik nyamuk guna mengatasi malaria dan pengembangan bibit lada.
Rustam menilai pembangunan reaktor nuklir untuk energi listrik di wilayahnya masih jauh. Andai terlaksana, proyek tersebut baru dibangun tahun 2027. Selain masih banyak persoalan yang harus dilakukan, penolakan masyarakat juga gencar. Dia mengaku belum ada penolakan warga secara tertulis yang diterimanya. (Baca: Pembangunan PLTN di Bangka Diminta Kaji Ulang)
SERVIO MARANDA
Terpopuler:
Wanita Ini Hidup Normal tanpa Otak Kecil
BlackBerry Tertarik Hadirkan BBM di Jam Pintar
Fitur Kesehatan Apple Watch Menuai Kritik