TEMPO.CO , Jakarta: Ada pemandangan menarik ketika beberapa pengunjung Empirica yang sempat tertahan karena karena hadir di klub hiburan ini dengan mengenakan kaus. Padahal jelas-jelas di pintu masuk terpasang tanda sandal jepit dicoret di pintu masuk klub yang beralokasi di Lot 8, Kawasan Niaga Terpadu, Sudirman, Jakarta Pusat. (Baca: Pengusaha Tolak Penutupan Karaoke di Banyuwangi
Intinya, pengunjung yang datang dengan kaus oblong dan celana pendek juga “haram” hukumnya diterima di sini. Dengan aturan ketat ini Empirica menempatkan petugas di pintu masuk demi mengawasi dan memastikan mereka yang kira-kira tidak boleh masuk klub karena pakaiannya yang tidak memenuhi aturan berpakaian di salah satu klub paling ramai di Jakarta itu.
Aturan-aturan tersebut bukan hanya berlaku di Empirica. Sejumlah klub lain di Ibu Kota juga mulai memberlakukan aturan serupa. Itulah yang membuat beberapa penggemar klub kadang-kadang jadi malas datang. “Kalau pakaian lo dinilai gak pantes, pasti nanti gak boleh masuk klub,” ujar Vania Fabiola, 23 tahun, salah seorang clubber, Senin lalu.
Mahasiswi Universitas Indonesia itu menyebut aturan di sini lebih ribet dibanding di Bali. Di Pulau Dewata, para pelanggan klub bisa bebas mengenakan sandal jepit, T-shirt, atau jins robek. “Pokoknya santai banget,” ujar Vania. Gadis yang juga gemar berdansa Latin itu mengatakan, aturan berpakaian sebagian klub di Jakarta kini sangat ketat, terutama di klub-klub papan atas, seperti Dragonfly, Immigrant, Empirica, Exodus, dan X2, serta sederet nama lainnya yang menyasar kelas menengah.
Menurut Vania, klub di Bali (Baca: Alasan Gatot Sering ke Tempat Hiburan Malam) sebagian besar mengincar turis asing yang sedang berlibur. “Mereka kebanyakan cuma cari pestanya,” ucapnya. Perbedaan lain yang lebih mencolok adalah lantai dansa di sebagian klub di Jakarta cenderung sempit, bahkan penuh sesak, dibanding di Bali. Hal itu karena sebagian klub di sini dipenuhi tempat duduk eksklusif bagi para pengunjung. Sedangkan di Bali, lahan berjoget justru cenderung lebih lapang.
Aturan berpakaian yang mengharamkan sandal, kata Reza Tirsadi Libriawan, 23 tahun, juga seorang clubber, telah menjadi ciri klub-klub di Kota Jakarta. Tapi, menurut dia, wajar jika aturan main di sini berbeda dibanding Bali. “Kalau di Bali kan memang bertema pantai,” kata dia. Sedangkan klub di Jakarta lebih bersifat pelarian dari kepenatan tempat kerja.
SUBKHAN | HP
Terpopuler
Oscar Lawalata Rancang Jersey Klub NBL
Perkembangan Terbaru Obat dan Vaksin Ebola
Ketika Turis Asing Belajar Membatik
Penyakit yang Mematikan Perempuan
Penelitian Kesehatan di Singapura Lebih Lengkap