TEMPO.CO, Malang - Para petani tebu di Kabupaten Malang mengeluhkan harga panenan yang terus anjlok. Mereka merugi sampai Rp 6 juta per hektare pada musim panen kali ini. (Lihat: Pahitnya Gula Petani Tebu)
"Tebu tak lagi manis, tapi pahit dan getir," kata petani tebu Desa Talangsuko, Ahmad Sulaeman, Ahad 21 September 2014.
Ia menyampaikan keluh kesahnya kepada Bupati Malang Rendra Kresna saat panen raya padi di desa setempat. Sulaeman mengatakan, petani kapok menanam tebu, sehingga melirik untuk kenanam komoditas lain seperti padi dan palawija.
Menanggapi keluhan para petani tebu, Rendra menyampaikan para petani harus aktif mengikuti sekolah lapang. Harapannya, petani tebu bisa mengikuti perkembangan teknologi pertanian, terutama untuk mengatasi rendahnya rendemen atau kadar gula dalam tebu.
Saat ini, dia menambahkan, Dinas Pertanian setempat tengah meneliti penyebab rendemen tebu anjlok. Apakah karena bibit atau ada faktor lain. (Baca berita-berita tentang nasib petani tebu di sini)
Total lahan perkebunan tebu di Malang mencapai 43 ribu hektare. Rendra mengaku khawatir jika petani tebu tahun depan beralih menanam komoditas yang lain yang bisa menyebabkan pasokan tebu menyusul anjlok.
Persoalan rendemen tebu yang rendah, Rendra telah melaporkan ke Gubernur Jawa Timur. Termasuk soal sulitnya mencari buruh tebang tebu. Selama ini petani tebu mendatangkan buruh tebang tebu dari daerah lain. Hasilnya, Gubernur Jawa Timur berjanji akan menganggarkan pengadaan alat pemotong tebu untuk para petani.
EKO WIDIANTO
Terpopuler
Ketua Umum PDIP Hanya untuk Trah Sukarno
Sosok Misterius di Balik Make Over Polwan Cantik
Kisah Program Polwan Cantik Jadi Pembawa Acara
Ahok Ingin Asian Games Jakarta Lebih Wah dari Cina