TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ternyata tak membuat semua industri mengeluh. Contohnya PT Krakatau Steel Tbk, perusahaan ini justru mengambil untung atas melemahnya rupiah. Direktur Pemasaran Krakatau Steel Yerry mengatakan melemahnya rupiah minimal akan mengurangi keberanian importir besi-baja untuk mendatangkan barang.
"Itu akan berdampak pada membaiknya pasar baja di dalam negeri," kata dia. (Baca juga: Krakatau Steel Patungan dengan Perusahaan Jepang)
Disebutkan Yerry, pasar baja dalam negeri sebelum munculnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 28/M-DAG/PER/6/2014 tentang Ketentuan Impor Baja Paduan, dibanjiri oleh baja paduan abal-abal dari Cina. Pasar baja dunia sebenarnya kelebihan pasokan. Namun, pemerintah Cina melarang industrinya untuk mengurangi utilisasi produksi. Padahal, Cina adalah pemasok separuh baja internasional.
"Akibatnya, baja dari Cina merembes ke mana-mana, termasuk ke Indonesia," ujarnya. (Baca juga: Listrik Naik, Krakatau Steel Bangun Pembangkit)
Kenaikan harga baja dunia juga disebabkan konflik antara Ukraina dan Rusia. Rusia dan Ukraina merupakan negara pemasok terbesar slab dunia. Total ekspor slab Rusia dan Ukraina diperkirakan mencapai 13,5 juta ton atau sekitar 54 persen dari total kebutuhan ekspor slab dunia yang sekitar 25 juta ton.
Konflik antara kedua negara itu mengakibatkan terganggungnya pasokan slab dunia dan berdampak pada kenaikan harga slab sebagai bahan baku. Pasokan slab yang terganggu itu pada akhirnya memengaruhi kenaikan harga hot rolled coil (HRC) yaitu sebesar US$ 25-35 per ton. Termasuk juga HRC asal Cina.
Atas kenaikan harga baja dunia itu, Krakatau Steel berencana menaikkan harga jual baja dalam negeri. Kenaikan akan dilakukan secara bertahap di pasar domestik dari sebelumnya sekitar Rp 8.000 per kilogram naik menjadi Rp 8.100 per kilogram. (Lihat pula: Rugi Kurs, BAJA Kurangi Impor Bahan Baku)
Manajemen Krakatau Steel sengaja menaikkan harga secara bertahap agar pasar tak terlalu kaget. "Kami terpaksa menaikkan harga. Karena selama ini kami dipaksa untuk melayani dengan harga tidak adil. Semoga dengan kenaikan ini bisa pulih lagi," ujar Yerry.
AMIR TEJO
Terpopuler
Fahri Hamzah: Jokowi Kayak Enggak Pede
PKS: Pilkada oleh DPRD Usulan SBY
Istri AKBP Idha Endri Ditahan
Jokowi Pastikan Ubah APBN 2015
Gerindra Usung Taufik sebagai Pengganti Ahok