Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tes Genetik Ini Diagnosis Penyakit Aneh pada Anak

Editor

Yuliawati

image-gnews
Wu Lunjiao, menggendong putrinya Yuanyuan, seorang penderita penyakit langka yang belum diketahui penyebabnya, di Shenzhen, Guangdong, Cina, 30 Agustus 2014. Pihak keluarga telah mengeluarkan biaya lebih dari 100.000 yuan atau sekitar Rp. 147 juta untuk pemeriksaan medis. Reuters/Chen Wencai
Wu Lunjiao, menggendong putrinya Yuanyuan, seorang penderita penyakit langka yang belum diketahui penyebabnya, di Shenzhen, Guangdong, Cina, 30 Agustus 2014. Pihak keluarga telah mengeluarkan biaya lebih dari 100.000 yuan atau sekitar Rp. 147 juta untuk pemeriksaan medis. Reuters/Chen Wencai
Iklan

TEMPO.CO, San Francisco - Audrey Lapidus terlihat bangga dengan senyum dan lesung pipit bayinya. Tapi, ternyata dia pernah sangat khawatir saat sang bayi, Calvin, belum bisa berguling dan merangkak pada umur 10 bulan. Calvin menderita masalah pencernaan kronis, namun empat ahli saraf tak menemukan penyakit apa pun di tubuh Calvin.

Putus asa dengan jawaban tersebut, Audrey dan suaminya sepakat menjadikan anak mereka pasien pertama tes baru yang disebut exome sequencing di University of Californa, San Francisco. Tes ini berbasis DNA milik Calvin dan orang tuanya. Mesin sequencing—untuk memindai DNA—dengan cepat menganalisis genom anak tersebut lalu membandingkan genom itu dengan milik orang tuanya.

Calvin didiagnosis mengidap Pitt-Hopkins Syndrome, gangguan genetik langka yang mempengaruhi tumbuh-kembang anak. Sindrom ini hanya menjangkiti sekitar 250 anak di seluruh dunia. Diagnosis ini pun membantu Lapidus dan suaminya untuk menentukan langkah terapi yang cocok untuk Calvin.

Penelitian yang diterbitkan di Journal of American Medical Association pekan lalu ini menunjukkan bahwa metode exome sequencing dapat mendiagnosis 40 persen kasus kompleks. “Teknik ini dapat meningkatkan diagnosis pada gangguan langka,” ujar pemimpin penelitian, Stan Nelson, yang juga Wakil Ketua Bidang Genetika Manusia dan profesor patologi kedokteran di David Geffen School of Medicine University of California, Los Angeles (UCLA) (Baca: 697 Varian Gen Pengaruhi Tinggi Badan Manusia)

UCLA Clinical Genomics Center didirikan pada 2011 sebagai salah satu dari tiga otoritas di dunia (dua lainnya Baylor dan Harvard) untuk meneliti DNA dalam penggunaan klinis. Tak seperti diagnosis sebelumnya yang hanya mempelajari satu gen pada satu waktu, tes ini menyaring 37 juta pasang basa di 20 ribu gen seseorang untuk melihat gangguan genetika langka. Metode ini berfokus pada exome, protein-coding yang dapat mengetahui penyebab penyakit manusia.

Nelson bekerja sama dengan Hane Lee, seorang pakar patologi, dalam studi yang dilakukan selama dua tahun ini. Lee menganalisis exome dari 814 anak yang gejalanya telah membingungkan dunia kedokteran meski telah menjalani tes genetik dan biokimia secara lengkap.

Metodenya, data mentah sequencing genom masing-masing anak dan orang tua diidentifikasi dengan varian standar. Exome rata-rata orang mengandung lebih dari 20 ribu varian dan hampir semuanya jinak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selanjutnya, tim menerapkan serangkaian filter pada data berdasarkan keluarga pasien dan aspek terkait lainnya. Para peneliti memutasi gen dengan literatur medis. Akhirnya, tim meninjau temuan tersebut untuk didiagnosis. Tim menghabiskan waktu delapan pekan untuk melakukan serangkaian kegiatan tersebut.

AMRI MAHBUB

Berita Lain :
ITS Juara Umum Lomba Mobil Irit
Bertransaksi dengan Dompet Virtual
Gencar Perkenalkan Mobile Money

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

 Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Medan, Sumatra Utara, Sabtu 19 Agustus 2023. ANTARA/Gilang Galiartha
Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik


Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.


Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Demonstran Anti Globalisasi berdemonstrasi menentang pertemuan World Economy Forum di Jenewa, (1/2).  AFP PHOTO / NICHOLAS RATZENBOECK
Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.


Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat menghadiri Peringatan HUT ke 77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 3 Desember 2022. ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi


Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.


BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan penganugerahan Habibie Prize 2022, yang bekerja sama dengan Yayasan SDM-IPTEK, pada Kamis, 10 November 2022. (Tangkapan layar YouTube/BRIN)
BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.


Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.


Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.


Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia | Source foto: freepik
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia