TEMPO.CO, Jakarta - Pendakian ke Gunung Semeru tetap dibuka, meski aktivitas vulkanisnya meningkat sejak September 2014. Para pendaki setiap hari dibatasi maksimal 500 orang.
Pendakian dibatasi maksimal sampai vegetasi terakhir di kawasan Kali Mati. "Pendaki dilarang naik ke puncak," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Ayu Dewi Utari, Kamis, 23 Oktober 2014.
Baca Juga:
Para pendaki saat masuk ke pos Ranu Pani diwajibkan membuat surat pernyataan tak akan naik ke puncak Mahameru. Jika melanggar dan terjadi bahaya yang mengancam keselamatan nyawa, itu menjadi tanggung jawab pribadi. Larangan naik ke kawah Jonggring Saloka, ujar Ayu, demi keamanan dan keselamatan para pendaki. (Baca: Lumajang Waspadai Letusan Gunung Semeru)
Menurut Ayu, meski aktivitas vulkanis meningkat, Semeru masih aman bagi pendaki. Sebab, lava pijar mengalir ke jalur aliran lava yang jauh dari jalur pendakian. Namun pendaki harus tetap mematuhi aturan keselamatan dan keamanan dengan membawa bekal cukup dan melalui jalur pendakian yang ditentukan.
Jilatan lava pijar juga sempat membakar area vegetasi hutan lindung di kawasan taman nasional. Lava pijar membakar hutan lindung seluas 13 hektare. Berdasarkan data Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, tutur Ayu, Gunung Semeru saat ini berstatus waspada atau level II. Kondisi tersebut dianggap normal karena lava mengalir. "Justru, kalau lava tak keluar tersebut, akan menyebabkan erupsi lebih besar," ujarnya. (Baca: Vulkanologi: Magma Kawah Gunung Semeru Meningkat)
Pendakian ke puncak gunung tertinggi di Jawa ini ramai saat upacara kemerdekaan, libur sekolah, dan malam pergantian tahun. Sebelum mendaki ke Semeru, para pendaki harus mendaftar secara online atau ke pos Ranu Pani pintu pendakian. Tujuannya, untuk memudahkan pendataan individu pendaki.
EKO WIDIANTO
Berita Terpopuler
Ini Dia Calon Pembantu Presiden Jokowi
Datang ke Istana, Siti Nurbaya Dites Jokowi
Rilis Menteri Batal, Mega Gelar Rapat Rahasia