TEMPO.CO, Kirkuk - Pejabat Irak mengklaim telah berhasil merebut kilang minyak terbesar di Baiji dalam gempuran berjam-jam melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kemarin. Namun masih ada sejumlah kilang minyak yang dikuasai oleh ISIS, salah satunya di Provinsi Kirkuk, utara Irak. (Baca: Serangan Udara AS Hancurkan 12 Kilang Minyak ISIS)
Menurut laporan, kelompok militan ini menjual minyak di pasar gelap dengan harga yang sangat murah, yaitu US$ 20 (Rp 242 ribu) per barel. Padahal satu barel minyak umumnya dijual hingga US$ 80-119 per drum.
"Harga yang mereka jual bisa empat kali lebih rendah daripada harga resmi yang berlaku secara global. ISIS sudah semakin menguasai Kirkuk dan mengambil lebih banyak produksi minyak di daerah tersebut," kata Direktur Departemen Utang Politik Kementerian Keuangan Muwafaq Taha Izz al-Din Al-Houri kepada RT, Ahad, 9 November 2014.
Al-Houri menjelaskan kementeriannya tengah bekerja sama dengan lembaga terkait untuk mencari orang-orang yang membeli minyak dari ISIS dengan harga semurah itu. Sebab, menurut Al-Houri, membeli minyak ke ISIS sama saja menambahkan kekuatan untuk kelompok militan. (Baca: Bagdad Peringatkan untuk Tak Beli Minyak ISIS)
"Menghentikan pembelian minyak ke ISIS adalah langkah perlawanan untuk mengalahkan mereka," kata Menteri Luar Negeri Bahrain Sheik Khalid bin Ahmed Al Khalifa di hadapan 30 kepala negara pada konferensi internasional kemarin.
Laporan lain menyebutkan bahwa para milisi bisa memperoleh uang lebih dari US$ 3 juta (Rp 36 miliar) per hari hanya dengan menjual minyak. Milisi akan menjual minyak per barel dengan harga diskon, antara US$ 20 dan US$ 60. Hal ini pula yang membuat ISIS menjadi kelompok paling kaya di antara kelompok militan lainnya. (Baca: ISIS Buka Lowongan Kerja Manajer Minyak)
RINDU P. HESTYA | RT
Berita Lain:
Jokowi Berharap Hubungan Cina-Indonesia Lebih Konkret
Menlu: Kehadiran Jokowi di Sejumlah KTT Penting
Baghdadi, Pemimpin ISIS, Terluka Parah