TEMPO.CO , Jakarta - Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh bersikukuh tetap menyarankan penerapan Kurikulum 2013. Meski guru-guru menyambut gembira saat kurikulum itu dihentikan, Nuh melihat kegembiraan itu karena guru menginginkan pekerjaan yang ringan (Baca juga: Kurikulum 2013 Ditolak, Menteri Nuh Malah Bangga).
"Pendidikan bukan urusan senang tidak senang. Memang Kurikulum 2013 lebih berat tapi itu yang dibutuhkan generasi mendatang," ujar Nuh saat dihubungi, Ahad, 7 Desember 2014.
Menurut Nuh, Kurikulum 2013 menuntut guru bekerja lebih keras sehingga harus keluar dari zona nyaman. Ketidaknyamanan itulah yang membuat banyak guru mengeluhkan kurikulum yang menitikberatkan pada partisipasi siswa itu. (Baca juga: Kurikulum 2013 Cetak Calon Psikopat ).
Salah satu yang dikeluhkan guru adalah evakuasi siswa yang harus dilakukan secara kualitatif dan deskriptif. Artinya, guru harus menjabarkan kinerja siswa dalam kata-kata, tidak hanya angka semata. Kewajiban evakuasi itulah, kata Nuh, yang membuat guru merasa berat. "Padahal evakuasi dengan kualitatif deskriptif itu lebih baik. Tanya saja pada anak-anak menteri yang sekolah di sekolah bagus, semua pakai cara itu."
Nuh menyadari mengubah kebiasaan guru adalah hal yang berat. Karena itu, Kurikulum 2013 menyediakan pendampingan dan klinik konsultasi bagi guru. "Tidak ada yang ringan dalam urusan pendidikan untuk generasi masa depan," ujar Nuh. (Baca juga: Guru: Kurikulum 2013 Kacau).
Mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya ini mengatakan kekurangan Kurikulum 2013 dapat diperbaiki sambil jalan. Dia berharap Anies dapat meneruskan estafet kurikulum itu.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Berita lain:
Ini Daftar Pemenang FFI 2014
'Sikap SBY Jadi Akar Masalah Perpu Pilkada'
Munas Golkar Tandingan Dapat Restu Jusuf Kalla