TEMPO.CO, Jakarta - Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ikut memukul sejumlah sektor yang mengandalkan impor. Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak pekan lalu, antara lain, akan berdampak pada sektor otomotif.
Berdasarkan hitungannya, sektor itu akan melambat hingga 40 persen. "Saya perkirakan perlambatan di sektor otomotif bisa terjadi hingga enam bulan ke depan," kata Yudhi saat dihubungi Tempo, Senin, 15 Desember 2014.
Pengamat kebijakan ekonomi dari Perkumpulan Prakarsa, Wiko Saputra, mengatakan industri-industri yang lebih banyak mengandalkan impor, seperti otomotif, memang terancam akan mengalami kerugian akibat kondisi ini. Selain itu, pengolahan produk makanan, penerbangan, dan logistik juga akan terkena imbasnya.
Namun, menurut dia, ada beberapa sektor yang mendapatkan keuntungan dengan merosotnya rupiah, seperti perkebunan kelapa sawit, perikanan, mebel, tekstil, dan alas kaki yang lebih berorientasi ekspor. "Pemerintah harus menggenjot ekspor beberapa sektor prioritas pada masa depresiasi rupiah," katanya.
Perlambatan pertumbuhan otomotif di Indonesia pada tahun depan sudah diperkirakan Gabungan Pengusaha Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Pada 2015, target penjualan kendaraan roda empat hanya 1,2 juta unit atau sama dengan target tahun ini. "2014 masih stagnan. Untuk bulan (Desember) saja, kami masih butuh 100 ribu unit lagi untuk memastikan target 1,2 juta," ujarnya.
ANGGA SUKMAWIJAYA | NURIMANJAYABUANA | M. AZHAR | TRI SUSANTO SETIAWAN
Berita Terpopuler
Susi: Jangankan Cina, Amerika pun Kita Lawan
Sebab Rupiah Jadi Mata Uang 'Sampah'
Jokowi Catat Sejarah Jika Datang ke Raker BPK
Rupiah Diprediksi Menguat Pekan Ini