TEMPO.CO, Pinrang - Pelemahan mata uang rupiah atas dolar hingga ke level 12.714 membuat girang petambak udang di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Nilai dolar yang meroket mendongkrak harga udang windu. "Pergerakan harga udang windu itu terjadi sejak sepekan ini," kata penyuluh perikanan Kabupaten Pinrang, Abdul Salam Atjo, Selasa, 16 Desember 2014. (Baca: Rupiah Melemah, Ini Penjelasan Menteri Keuangan)
Sebelum rupiah melemah, harga udang windu hanya Rp 115 ribu per kilogram untuk pembelian ukuran 40 ekor per kilogram. Kini harganya melonjak menjadi Rp 120-125 ribu per kilogram. Harga udang windu itu, kata Salam, merata di semua kecamatan produsen udang.(Baca: Banyak Sentimen Negatif, IHSG Tiarap)
Selain pelemahan rupiah, para petani juga diuntungkan oleh menurunnya produksi negara pesaing, seperti Malaysia, karena komoditas itu diserang penyakit. Anjloknya produksi negara pesaing membuat permintaan udang Indonesia semakin tinggi. Karena itu, "Udang Indonesia saat ini menguasai pasar."(Baca: Bila Rupiah Jeblok Rp 16 Ribu per US$, Ini Kata BI)
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pinrang Andi Budaya mengatakan sasaran ekspor udang windu Pinrang adalah Jepang. Sedangkan udang vannamei diekspor ke Singapura. "Peningkatan penghasilan petani tambak karena eksportir dibayar dengan dolar," kata Andi. Dinas menargetkan produksi udang vannamei dan windu tahun ini sekitar 3.500 ton.
SUARDI GATTANG
Baca juga:|
Dicurhati Bupati, Menteri Susi Beri Bantuan Rp 1 M
Susi Bagikan 395 Ribu Converter Kit untuk Nelayan
Kubu Aburizal Pilih Bertempur di Pengadilan
Kubu Agung Bentuk Tim Negosiasi untuk Islah