TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengatakan biaya produksi kilang milik PT Pertamina (Persero) lebih mahal daripada biaya impor bahan bakar minyak. Dia mengatakan impor BBM mengacu pada harga MOPS (Mean of Platts Singapore) yang bervariasi.
"Akibatnya, harga produksi Pertamina 10 persen lebih mahal dari harga impor," kata Faisal di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rabu, 17 Desember 2014. (Baca: Pertamina Segera 'Upgrade' Lima Kilang Minyak)
Faisal mengatakan Pertamina telah menyampaikan serangkaian rencana renovasi kilang selama lima tahun ke depan. Untuk melaksanakan rencana itu, Pertamina membutuhkan dana US$ 25 miliar. Dengan perbaikan kilang, dia berharap Pertamina mampu menurunkan ongkos produksi secara siginifkan. (Baca: Upgrade 4 Kilang, Pertamina Gaet Investor 3 Negara)
Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas, Agung Wicaksono, mengatakan penyebab mahalnya harga produksi kilang di Indonesia perlu diperdalam. Karena itu, kata dia, ada yang mengatakan lebih baik pemerintah mengimpor BBM dan menutup semua kilang di Indonesia. Namun, Agung mengatakan, produksi BBM bukan cuma soal hitung-hitungan harga, tapi juga ketahanan energi. "Ketika tiba-tiba harga minyak dunia naik tajam bagaimana," katanya.
ALI HIDAYAT
Berita Terpopuler
Wajah Ical Lenyap dari Markas Golkar
Strategi Jokowi Atasi Pelemahan Rupiah
Beda Cara Jokowi dan SBY Meredam Rupiah Jeblok