TEMPO.CO, JPeshawar - Para penembak ratusan pelajar di sekolah khusus militer di Peshawar diduga bukan warga Pakistan. Berdasarkan saksi mata, seorang pelajar yang selamat dari tembakan, mengatakan para pelaku berbahasa Arab bukan bahasa setempat. "Berpakaian gamis Shalwar, berjenggot panjang," kata pelajar itu, seperti dilansir The Nation, Selasa, 16 Desember 2014.
Seorang pelajar lainnya bernama Irfan Shah menjelaskan, dirinya duduk di dalam ruang kelas ketika mendengar seorang pria melakukan tembakan, pukul 10.30 pagi. (Baca:Taliban Bantai Ratusan Pelajar yang Sedang Ujian)
Awalnya, guru kelasnya mengira itu hanya suara pengeboran sehingga, kata Irfan, mereka diminta tidak usah khawatir. "Lalu suara itu semakin dekat. Kami mendengar tangisan. Satu dari teman kami membuka pintu jendela kelas. Ia mulai menangis karena menyaksikan sejumlah teman sekolahnya tergeletak di halaman luar kelas," ujar Irfan.
Semua orang di dalam kelas panik. Dua dari teman sekelas Irfan berlari keluar kelas. Keduanya ditembak tepat di depan mereka. Guru kelas kemudian menyuruh seluruh anak berlari dari pintu belakang sekolah. Dia dan seorang temannya melarikan diri bergandengan tangan dan bersamaan itu mereka ditembaki. (Baca:Taliban Pakistan Serbu Sekolah Militer )
Sebelumnya, milisi Taliban mengaku bertanggung jawab atas aksi brutalnya di sekolah khusus militer itu. Menurut juru bicara Taliban Muhammad Umar Khorasani, milisi diperintahkan menyerang aparat militer, bukan menyakiti anak-anak. Namun ia menegaskan, aksi brutal ini sebagai serangan balasan kepada aparat militer di utara Waziristan yang melakukan operasi militer memberangus Taliban, sejak Juni lalu.
THE NATION | PAMELA SARNIA | MARIA RITA
Baca juga:
Alasan Jokowi Sebut Pelemahan Rupiah Tidak Akan Lama
BPK Awasi Kartu Pintar dan Tol Laut Jokowi
Rio Sidik,Penyanyi dan Peniup Terompet Rilis Album
Intel BIN Mulai Telisik Calon Dirjen Pajak