TEMPO.CO, Jakarta - Dampak nyata dari melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sudah dirasakan masyarakat. Harga barang-barang eceran akan merangkak naik. "Saya perkirakan kenaikannya 10-15 persen," kata Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Satria Hamid Ahmadi kepada Tempo, Rabu, 17 Desember 2014. (Baca:Rabu Sore, Rupiah Jadi Mata Uang Terkuat di Asia.)
Satria menyatakan, kenaikan harga barang yang paling cepat dirasakan konsumen adalah jenis produk segar yang diimpor. Sebab, barang-barang, seperti sayur, buah, daging, hingga susu tersebut tidak bisa bertahan lama. Para importir harus segera menyesuaikan harga jual dengan kurs yang berlaku agar bisa mengimpor lagi. (Baca:Rupiah Loyo, Menhan Cemas Harga Alutsista Bengkak )
Baca Juga:
Menurut Satria, barang yang dibuat di Indonesia sebenarnya tidak kebal terhadap pelemahan rupiah. Sebab, bahan baku dan bahan penunjangnya masih banyak diimpor. "Ada pengaruhnya meski tidak seketika dirasakan," tuturnya.
Satria yang juga Head of Public Affairs Carrefour Indonesia menyatakan, pelaku usaha ritel sebenarnya juga tidak serta merta menaikkan harga. Sebab, daya beli konsumen akan terganggu, buntutnya, penjualan perusahaan berkurang. "Karena itu, kami mengimbau pemerintah untuk cepat tanggap, jangan sampai kondisi ini berlarut-larut." katanya. (Baca:Cinta Rupiah, BI Minta Pengusaha Tolak Dolar )
PINGIT ARIA
Terpopuler:
Ahok Umrahkan Marbot, Ini Reaksi FPI
Wajah Ical Lenyap dari Markas Golkar
Strategi Jokowi Atasi Pelemahan Rupiah
Beda Cara Jokowi dan SBY Meredam Rupiah Jeblok