TEMPO.CO, Jakarta - Serapan beras untuk rumah tangga miskin (raskin) tahun ini gagal mencapai target. Menurut Pelaksana Tugas Direktur Utama Bulog Budi Purwanto, serapan tahun ini hanya mencapai 85 persen. "Targetnya 3 juta ton, tapi yang tercapai hampir 2,5 juta ton," kata Budi dalam seminar nasional tentang kedaulatan pangan di Gedung Oryza, Jakarta Selatan, Senin, 29 Desember 2014.
Penyaluran raskin untuk alokasi November-Desember dipercepat pada awal tahun. Alasannya, terjadi kenaikan harga akibat distribusi tidak lancar karena terganggu banjir dan gagal panen di beberapa daerah. Data Bulog menyebutkan pengadaan raskin mencapai 2,78 juta ton dengan penyaluran 2,7 juta ton hingga 24 Desember lalu. "Akhir tahun, tidak ada penyaluran raskin."
Tidak adanya penyaluran raskin berarti 15,5 juta rumah tangga miskin yang selalu mendapatkan harga beras murah harus membeli beras sesuai dengan harga mekanisme pasar. Budi memprediksi akan terjadi inflasi pada harga beras. (Baca: Jokowi Ganti Raskin ke E-Money, 'Banyak Minusnya')
Tidak adanya penyaluran itu karena Bulog diminta menjaga stok akhir sebesar 2 juta ton. Stok ini berfungsi sebagai alat stabilisasi harga untuk mengurangi kemungkinan inflasi pada akhir tahun, sebelum panen dan kenaikan menjelang hari besar keagamaan nasional (HKBN). Saat ini stok beras Bulog mencapai 1,79 juta ton hingga 24 Desember lalu. Jumlah tersebut termasuk cadangan beras pemerintah sebesar 251 ribu ton.
Kendati tak mencapai target, Bulog berencana menaikkan target penyerapan menjadi 3,2 juta ton pada 2015. Caranya, Bulog akan memperbaiki sistem distribusi serta menggenjot produksi dalam negeri untuk meningkatkan stok.
URSULA FLORENE SONIA
Berita Terkait
Beredar Broadcast Semua Penumpang AirAsia Selamat
Lima Teori Hilangnya Pesawat Air Asia
Tak Baca Email, 10 Penumpang AirAsia Batal Terbang
Pramugari AirAsia Ini Berencana Mudik ke Palembang
Rumor AirAsia Ditemukan, Apa Kata Angkasa Pura I?