TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan dolar Amerika dan beban defisit transaksi berjalan membuat pergerakan rupiah selalu dihantui koreksi. Di transaksi pasar uang Rabu, 14 Januari 2015, rupiah melemah 13 poin (0,10 persen) ke level 12.614 per dolar Amerika Serikat. (Baca : EksMenteri Keuangan Prediksi Rupiah Tembus 13 Ribu)
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Joshua Pardede, mengatakan sentimen global masih cenderung melemahkan rupiah. Kombinasi dari perlambatan ekonomi global dan menurunnya harga minyak mentah dunia membuat pasar cenderung beralih ke aset safe haven, yakni dolar AS. "Penguatan dolar terhadap seluruh mata uang dunia membuat tren rupiah terus melemah." (Baca : Tiga Sebab Rupiah Mulai Menguat)
Ditambah lagi, masih adanya ketidakpastian terkait kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) ikut mengombang-ambingkan rupiah. Meski pertumbuhan data inflasi dan data tenaga kerja di Amerika stagnan, tapi trennya menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun. Keyakinan atas pemulihan ekonomi AS itu meningkatkan ekspektasi bahwa suku bunga AS akan naik paling lambat di kuartal kedua 2015.
Menurut Joshua, fundamental rupiah juga rapuh karena terbebani oleh defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan. "Kinerja ekspor menurun karena ekspor didominasi oleh sektor bahan baku dan komoditas, sementara harganya di pasar global sedang merosot."
Joshua optimistis di semester kedua rupiah berangsur menguat. Hal itu dipicu dua hal. Pertama, lebarnya ruang fiskal setelah kebijakan subsidi tetap BBM. Kemudian yang kedua adalah terjaganya likuiditas dolar di pasar domestik.
Imbauan BI kepada BUMN yang memiliki kewajiban dolar besar untuk melakukan hedging akan mengurangi tekanan dolar di akhir tahun. Selain itu, penerbitan global bond tenor panjang yang diterbitkan akhir pekan lalu oversubscribed dengan nominal dimenangkan US$ 4 miliar. "Ini menunjukkan investor asing percaya dengan prospek ekonomi Indonesia jangka panjang.
PDAT | M. AZHAR
Terpopuler
Menteri Andrinof: Jepang Cuma Menggertak
Air Asia Akui Izin QZ8501 Cuma Lewat Omongan
Menteri Susi Diancam Bakal Disantet
Menteri Rini: Pertamina Sulit Akuisisi TPPI