TEMPO.CO, Surabaya - Pengamat politik yang juga dosen ilmu politik Universitas Airlangga, Aribowo, mengatakan pasangan Tri Rismaharini-Wisnu Sakti Buana sulit dikalahkan. Pasangan bakal calon Rasiyo-Lucy Kurniasari juga diprediksi tidak mampu menandinginya.
Menurut Aribowo, sesuai hasil riset salah satu lembaga survei beberapa bulan lalu, tingkat elektabilitas Risma, sapaan akrab Tri Rismaharini, mencapai 70 persen. "Penantangnya hanya memiliki waktu yang sangat sempit, sekitar 2,5 bulan, untuk bisa menyainginya,” katanya saat ditemui Tempo di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Selasa, 8 September 2015.
Aribowo, yang menjadi Dekan Fakultas Ilmu Budaya, juga mengatakan Risma telah melakukan “kampanye” selama hampir lima tahun masa tugasnya sebagai wali kota. Posisi Risma menjadi semakin kuat karena kinerjanya didukung media.
"Istilahnya, Risma itu media darling, tidak ada media yang memberitakan jelek tentang Risma selama lima tahun ini. Risma menggunakannya untuk mencitrakan dirinya sendiri," ujar Aribowo.
Baca juga:
Inilah yang Terjadi di Balik Pertemuan Novanto-Trump
Drama Budi Waseso: Jokowi-JK Menguat, Kubu Mega Menyerah?
Hal lain yang membuat pasangan Risma-Wisnu sulit dikalahkan, kata Aribowo, adalah di kalangan masyarakat Surabaya sudah muncul image bahwa yang menjadi pesaing mereka hanya calon boneka. “Masyarakat menilai bahwa sebetulnya pesaing Risma lebih baik tidak maju untuk menantang Risma,” ucapnya.
Jika memang Rasiyo-Lucy ingin mengalahkan Risma, menurut Aribowo, mereka harus membuat media sendiri yang bisa diakses semua warga sampai ke pelosok Surabaya. Hal itu harus dilakukan Rasiyo-Lucy guna menyampaikan program-program kerja mereka sampai tingkat kelurahan bahkan RT maupun RW. Namun itu pun akan sulit dilakukan karena keterbatasan waktu.
Hal yang sama juga dikatakan guru besar ilmu politik Unair, Ramlan Surbakti. Dia memprediksi Risma akan memenangi pemilihan. Rasiyo sebagai pesaingnya selama ini hanya dikenal sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur. “Sebagai Sekda, dia sangat baik mengurusi segala administrasi. Tapi menangani masalah perkotaan membutuhkan tindakan yang sangat konkret dan ruang lingkupnya jauh lebih luas," tuturnya.
Sedangkan Lucy yang merupakan pendamping Rasiyo dianggap sebagai orang yang hanya tahu permasalahan secara umum. Karena itu, Ramlan ragu Lucy dapat melakukan tindakan yang konkret untuk Kota Surabaya. "Selama lima tahun Risma dinilai masyarakat sudah melakukan tindakan konkret untuk Surabaya, dan Risma tinggal melanjutkannya,” ujar Ramlan.
EDWIN FAJERIAL
Baca juga:
Habis Soal Novanto, Wanita Seksi Ini Hebohkan Kampanye Trump?
Cerita Ahok, Soal Pelesir DPR ke Luar Negeri Penuh Manipulasi