Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengelola hotel di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, mengeluhkan turunnya tingkat okupansi (hunian) akibat aksi 22 Mei di depan kantor Bawaslu. Sebagian besar tamu membatalkan pemesanan karena mengkhawatirkan masalah keamanan.
Baca: Jalan Thamrin Ditutup, Anies: Jangan Khawatir, Jakarta Aman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Assistant Marketing Communication Manager Hotel Sari Pacific Jakarta Richo Prafitra mengatakan tingkat okupansi di hotelnya turun hingga 40 persen. Padahal, dalam situasi normal, tingkat okupansi hotel yang berdekatan dengan kantor Bawaslu itu mencapai 80-90 persen.
“Jelas ada penurunan karena akses jalan juga tertutup,” ujarnya, Kamis 24 Mei 2019.
Demonstrasi di depan kantor Bawaslu itu berlangsung sejak Selasa hingga Kamis dinihari. Unjuk rasa yang menolak hasil pemilihan presiden ini diwarnai kericuhan. Imbasnya, Jalan M.H. Thamrin tidak bisa dilewati kendaraan dan kegiatan ekonomi di kawasan itu terhenti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Richo menjelaskan, selain adanya penurunan tingkat okupansi, sejumlah tamu hotel mempercepat kepulangannya. “Check out-nya lebih cepat,” tuturnya. Sedangkan penyewa meeting room dan restoran membatalkan pesanan. Padahal biasanya, pada pekan ketiga Ramadan, pemesanan restoran untuk berbuka puasa bersama relatif banyak.Polisi berjaga saat massa Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat berangsur-angsur membubarkan diri seusai demo di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Selasa, 21 Mei 2019. Dalam aksinya massa menuntut Bawaslu menindak dugaan kecurangan dalam Pilpres 2019. TEMPO/Subekti.
Untuk meningkatkan kepercayaan tamu, kata Richo, manajemen hotel sudah menambah jumlah petugas keamanan. Namun upaya ini tidak membuahkan hasil. “Kami berupaya meyakinkan tamu bahwa selama berada di hotel, keamanan terjamin,” katanya.
Hotel Pullman Jakarta Thamrin yang berada di sekitar Bundaran Hotel Indonesia juga mengalami gejala serupa. Meski jarak hotel dengan kantor Bawaslu terpaut sekitar satu kilometer, calon tamu tetap khawatir. “Penurunan (tingkat okupansi) karena masalah keamanan,” ujarnya.
Direktur Utama PT Jakarta Tourisindo (Jaktour), Jeffry Rantung, menilai unjuk rasa Bawaslu memang mempengaruhi tingkat pemesanan kamar hotel di kawasan Jalan M.H. Thamarin. Namun dampaknya tidak terasa di luar kawasan itu.
Jeffry mencontohkan Hotel Grand Cempaka dan d’Arcici Hotel yang dikelola oleh PT Jaktour. “Tamu sudah tahu lokasi hotel kami aman (jauh dari lokasi unjuk rasa), sehingga tak masalah,” katanya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jakarta, Krisnadi, mengatakan unjuk rasa menolak hasil pemilihan presiden sangat berdampak cukup besar bagi sejumlah hotel yang berada di Jakarta Pusat. “Hotel di sekitar Jakarta Pusat agak suffer (menderita),” katanya.
Baca: Farhan, Korban Aksi 22 Mei di Markas FPI Berangkat dari Bekasi
Menurut Krisnadi, kericuhan dalam unjuk rasa di kantor Bawaslu membuat tamu hotel mempercepat kunjungannya. Selain itu, ada calon tamu hotel yang membatalkan pemesanan kamarnya. Krisnadi berharap kondisi keamanan di Jakarta segera pulih dan tidak ada lagi Aksi 22 Mei yang berujung rusuh. “Karena apa pun yang kami promosikan, kalau kondisinya enggak aman, kan percuma,” ujarnya.