Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Bayang-Bayang DBB

Rencana Banjarmasin bebas dari becak, secara perlahan-lahan angkutan becak diganti dengan kendaraan bermotor seperti datsun & bemo. hal ini menimbulkan pengangguran bagi sejumlah tukang becak.

5 Mei 1973 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA singgah di Banjarmasin akhir Maret lalu, Dirjen Perhubungan Darat, Sumpono Bayuaji memberi peringatan agar Kodya Banjarmasin mulai pasang kuda-kuda terhadap jumlah becak yang menurut sang Dirjen "sudah mencapai 5.000 buah". Akibat DBB di Jakarta bukan tidak mungkin Banjarmasin menjadi daerah "infiltrasi" bagi abang-abang becak yang di paksa menyingkir dari kawasan Ali Sadikin. Maka didasari pikiran seperti itu, Bayuaji berpendapat bahwa "jumlah sedemikian itu sudah maksimum buat kota Banjarmasin, dan kelak jika dibiarkan terus meningkat akan menimbulkan problema baru yang merumitkan Pemda Kodya Banjarmasin saja". Serbuan mini. Sementara itu, pembantu TEMPO disana yang menghubungi Kepala Humas Kodya Banjarmasin, M. Zakaria Saberan, telah mendayat keterangan yang sedikit banyak menopang pendapat Bayuaji. "Jumlah becak yang punya izin terdaftar di Balai Kota hanyalah 1.750 buah", begitu kata Sabcran. Meskipun ia mengakui bahwa jumlah yang sebenarnya di kota berada sekitar 3.000 sampai 4.000 buah. Sabe an tidak menjelaskan mengapa begitu sulit untuk menghitung dan mengkontrol jumlah becak yang hanya 4.000 buah kendati menurut dia, "sudah berkali-kali dilancarkan razzia". Adapun tentang rencana men-DBB-kan Kodya Banjarmasin, menurut Kepala Humas itu, bukannya tidak masuk dalam rencana. "Itulah sebabnya tempo hari kami masukkan Datsun dan bemo", katanya. Maksudnya tentu buat perlahan-lahan menggeser ruang gerak abang-abang becak yang akhirnya toh mengalah di desak ke sudut. Digantikan dan diperankan oleh kendaraan bermotor yang jenis Datsun dan Bemo saja sudah mencapai sekitar 70 buah. Apa pula dengan tarif bayaran yang lumrah dan servis yang baik. Tapi mengenai Datsun-Datsun kecil yang telah dimasukkan Pemda Kotamadya ini, agaknya pak Wali masih belum puas. Menurut Kabag Humas tersebut Datsun ini kemudian banyak berperan sebagai pengangkut barang yang tetek bengek, sehingga mengganggu penumpang umum lainnya. Sedangkan Wali Kota berhasrat memberikan servis yang baik bagi warga kotanya yang sekarang untuk kotanya baru mencapai 100 ribu (dari jumlah seluruh wilayah Kodya menurut statistik 1971: 279.909 jiwa). Topi omega. Demikianlah Riduan lman yang Walikota baru-baru ini memasukkan 10 buah. Kemudian lima buah lagi bus mini merk Dodge dari rencana seluruhnya 40 buah bus serupa itu untuk trip-trip dalam kota. Ini merupakan sebagian usaha dari Yayasan Dana Pembangunan Kotamadya Banjarmasin yang ikhwal keuangannya dahulu banyak dihebohkan Pers kota. Diberitakan, itu adalah dalam bentuk investasi dari Bank Bumi Daya, dengan harga sebuahnya menurut sdr M. Zakaria Saberan jika dibulatkan berharga Rp. 2 juta. Inilah bus-bus yang diharapkan menuju ke DBB kelak. Syukur masih menjadi beban pemikiran Kotamadya periuk-periuk nasi abang becak. "Bila becak dihapuskan, timbul masalah yang lain pula dari warga kota ini: pengangguran sejumlah abang becak", ujar Saberan yang Humas. Benar saja. Becak-becak ini menghidupi pula ribuan keluarga warga kota. Sempitnya ruang kerja baru menambah jumlah pencari nafkah penggenjot kendaraan beroda tiga yang lebih mengandalkan otot-otot kaki. Suasana memang sedikit sepi kalau tiba musim tuai di desa. Tapi itu pun agaknya segera saja digantikan oleh penggenjot-penggenjot dengan wajah baru. Tak perduli mahasiswa atau pegawai negeri yang beromega malam hari dengan topi purun menyungkup jauh ke pangkal dahi, menyamar wajahnya dari pengenalan majikan dan teman sekantor atau sekuliahnya. Biasa. Romantika hidup di kota. Lalu lorong-lorong kota yang sempit dan becek tampaknya masih memerlukan jasa-jasa becak yang setia menyelusurinya sampai ke liku-liku ujung, lebih akrab dari bus mini dan Datsun atau pun bemo yang kerap mogok-mogok saja. Sementara abang-abang beca sudah tampak ge!isah melihat banyaknya bus mini yang datang: "Ah, bakalan terdesak juga kami akhirnya," keluh seorang abang becak. "Mudah-mudahan saja ada kerjaan lain". Namun agaknya beberapa buah bus mini Dodge yang seharusnya bertrayek dalam kota, akhir-akhir ini sering nyelonong ke luar kota: ke Banjar Baru atau Martapura yang memang dari sudut penghasilan lebih menguntungkan. Ini memberi kesempatan abang-abang becak untuk tetap menggenjot si roda tiga, seraya menunggu datangnya perintah DBB yang entah kapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus