Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Bayi Sebaiknya Tidak Diperkenalkan Gula dan Garam, Ini Sebabnya

Rasa manis dan asin dari gula dan garam tersebut memanipulasi rasa asli makanan, memicu bayi pilih-pilih makanan.

1 November 2019 | 12.00 WIB

Ilustrasi susu dan makanan bayi. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi susu dan makanan bayi. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Makanan pendamping ASI atau MPASI untuk bayi usia 6 bulan hingga satu tahun sebaiknya tidak diberi tambahan gula dan garam. Alasannya, rasa manis dan asin dari dua bumbu tersebut memanipulasi rasa asli makanan sehingga bayi tidak sempat mengenalnya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Bayi akan belajar mengenal rasa asli makanan. Dan rasa asli makanan itu enak sekali dibandingkan dengan makanan yang sudah ditambahkan gula dan garam,” kata pakar gizi medik Profesor Saptawati Bardosono, saat peluncuran Nestle Cerelac Risenutri di Jakarta, Kamis, 31 Oktober 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tambahan gula dan garam pada MPASI akan membuat bayi terbiasa dengan rasa yang telah dimanipulasi. Jadi ketika ia diberi makanan lain dengan rasa aslinya, dia akan menolak karena merasa hambar. Ini juga memicu anak melakukan gerakan tutup mulut alias menolak makanan dan memilih makanan atau picky eater. 

Prof Tati, sapaan Saptawati, mengatakan anak boleh diperkenalkan dengan rasa gula dan garam setelah usianya satu tahun atau lebih. “Sebaiknya nggak diberi sampai dia mendapatkan makanan orang dewasa. Itu karena makanannya dimasak bareng dan masakan keluarga biasanya sudah diberi bumbu macam-macam,” kata dia.

Selain gula dan garam, Prof Tati juga mengatakan bayi belum boleh diberi madu karena kandungan gulanya begitu tinggi. Rasa gula yang begitu manis pada madu dapat mengalahkan semua rasa makanan. Dikhawatirkan, ketika bayi diberi makanan lain, dia akan menilak karena sudah mengenal rasa manisnya madu.

“Konsentrasi gulanya juga tinggi sekali sehingga tidak bisa diserap dengan baik karena usus bayi belum sempurna. Akibatnya, bayi bisa mengalami diare,” ujar Prof Tati.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus