Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Belum Efektif Menurunkan Polusi Udara

Hari bebas kendaraan bermotor dianggap tidak berpengaruh pada penurunan tingkat polusi udara Jakarta. Lebih menyerupai pesta di jalan. 

28 Mei 2022 | 00.00 WIB

Warga beraktivitas dalam Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, 22 Mei 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Perbesar
Warga beraktivitas dalam Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, 22 Mei 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Sejumlah pihak mengkritik kegiatan hari bebas kendaraan bermotor yang belum efektif menekan polusi udara Jakarta.

  • Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan memperluas dan menambah jadwal hari bebas kendaraan bermotor agar lebih efektif menurunkan polusi udara.

  • Kesadaran masyarakat untuk beralih menggunakan kendaraan umum dan kendaraan listrik sangat membantu menurunkan polusi udara Jakarta. 

JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menggelar kembali hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di enam lokasi di Ibu Kota, besok. Sebelumnya, pada Ahad pekan lalu, kegiatan yang lebih dikenal dengan car-free day itu dipadati hingga puluhan ribu warga. 
 
Maklum, agenda itu dilarang sejak pandemi Covid-19 mulai menghajar Jakarta pada Maret 2020. Pemerintah Provinsi DKI berharap larangan penggunaan kendaraan bermotor di ruas utama Ibu Kota itu bisa menekan polusi udara. Namun banyak orang menilai dambaan tersebut jauh panggang dari api. 
 
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, menyebutkan kegiatan hari bebas kendaraan di Jakarta, juga di kota-kota lain yang mengikutinya, tak lebih berkorelasi dengan penurunan tingkat polusi udara. "Lebih pada pesta jalan," kata Djoko ketika dihubungi, kemarin. 
 
Sebab, larangan penggunaan kendaraan bermotor itu hanya berlangsung satu hari per pekan dan terbatas di jalan tertentu. Sementara itu, di ruas lain, kendaraan bermotor tetap bebas berseliweran.
 
Djoko menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI lebih gencar mengajak perubahan perilaku masyarakat dengan meninggalkan kendaraan pribadi. Tujuan utamanya adalah mengurangi polusi udara yang disumbang oleh kendaraan pribadi. "Baiknya setiap hari juga berperilaku seperti saat CFD, sehingga suatu saat tak ada lagi CFD di Jakarta," kata dia. 
 
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta, Suci Fitria Tanjung, juga menyoroti soal masih banyaknya penggunaan kendaraan bermotor di luar lokasi HBKB. Menurut dia, car-free day tak akan memberikan dampak besar bagi kualitas udara karena tingginya volume kendaraan bermotor. 

Kepadatan lalu lintas di kawasan Pancoran, Jakarta, 31 Maret 2022. TEMPO/ Hilman Fathurrahman W
 
Suci juga menilik soal memburuknya kualitas udara di Jakarta dalam beberapa waktu terakhir. Semakin padatnya lalu lintas menjadi satu indikator penurunan kualitas udara di Ibu Kota. Buktinya, dalam sebulan terakhir, catatan polusi udara di Jakarta dalam kategori sedang dan tidak sehat. Bahkan, saat car-free day pada Ahad lalu, catatan polusi udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat. 
 
Walhasil, menurut Suci, Jakarta perlu memperluas dan memperbanyak lokasi bebas kendaraan jika ingin kegiatan tersebut berdampak signifikan pada pengurangan polusi udara. "Jika perlu, HBKB dibuat lebih sering dan lebih lama," katanya. 
 
Itu pun belum cukup. Pemerintah DKI diminta mendorong warganya mengubah pola transportasi. Jika tidak bisa naik kendaraan umum, ya, berkendaraan listrik. Memperbanyak ruang terbuka hijau juga mutlak dilakukan untuk meningkatkan kualitas udara. "Pembangunan ambisius yang selama ini memakan ruang terbuka hijau harus disudahi," ujar Suci. 
 
Sementara itu, Direktur Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin, mengatakan hari bebas kendaraan bermotor tidak bertujuan untuk menurunkan pencemaran udara di sekitar Jakarta. Menurut dia, car-free day sekadar memulihkan kualitas udara di lokasi penyelenggaraan kegiatan tersebut. 
 
Celakanya, sejumlah pihak menggunakan mesin generator sebagai sumber listrik di lokasi car-free day. Belum lagi banyaknya kantong parkir kendaraan. Artinya, pengunjung belum memiliki kesadaran untuk "bebas kendaraan bermotor". "Asap knalpot itu menggagalkan upaya perbaikan kualitas udara," kata Ahmad. 

Suasana Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Senayan, Jakarta, 22 Mei 2022. TEMPO/ Magang/Cristian Hansen


 
Sebelumnya, Dinas Perhubungan DKI Jakarta menyebutkan pengunjung HBKB di Jalan M.H. Thamrin dan Jenderal Sudirman saja melebihi 28 ribu. Angka sebenarnya bisa jadi lebih banyak lantaran angka itu didapat dari aplikasi PeduliLindungi. "Masih banyak pengunjung yang belum melakukan pindai aplikasi PeduliLindungi," kata Kepala Dinas Perhubungan, Syafrin Liputo, pada Rabu lalu. 
 
Sesuai dengan rencana, Pemprov DKI akan tetap membatasi HBKB khusus untuk kegiatan olahraga, skema terbatas, dan tanpa partisipan. Bedanya, kini DKI memperbolehkan pedagang kaki lima berjualan. Namun para pedagang harus berada di luar koridor lokasi car-free day. 

Dinas Lingkungan Hidup DKI berpartisipasi dalam kegiatan HBKB, yakni dengan mengukur kualitas udara. Pengukuran tersebut dilakukan di stasiun pemantauan kualitas udara (SPKU) bergerak. Dalam kegiatan HBKB pada Ahad pekan lalu, SPKU bergerak milik Dinas Lingkungan Hidup DKI terpasang di sekitar Bundaran Hotel Indonesia. 
 
Pejabat Hubungan Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup, Yogi Ikhwan, mengatakan HBKB merupakan kegiatan yang ditujukan untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa sektor transportasi menyumbang polisi udara yang cukup signifikan. Dengan kata lain, kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor jelas menyumbang polisi udara di Jakarta. 
 
Walhasil, sejumlah perubahan wajib dilakukan oleh masyarakat Jakarta. "Menggunakan transportasi publik massal, berjalan kaki, bersepeda, dan menggunakan kendaraan ramah lingkungan lainnya," kata Yogi ketika dihubungi, kemarin.

INDRA WIJAYA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus