Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Cerita Rapat Ikada dan Reka Ulang di Monas 73 Tahun Kemudian

Ratusan orang berpakaian khas pesilat Betawi Ahad sore, 16 September 2018 tumplek di lapangan Monas, Jakarta Pusat merayakan rekonstruksi rapat Ikada.

16 September 2018 | 21.29 WIB

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat memberi sambutan dalam rekonstruksi rapat Ikada di Monumen Nasional, Ahad, 16 September 2018. TEMPO/M Yusuf Manurun
Perbesar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat memberi sambutan dalam rekonstruksi rapat Ikada di Monumen Nasional, Ahad, 16 September 2018. TEMPO/M Yusuf Manurun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan orang berpakaian khas pesilat Betawi Ahad sore, 16 September 2018 tumplek di lapangan Monas, Jakarta Pusat merayakan rekonstruksi rapat Ikada. Acara yang merekonstruksi peristiwa 19 September 1945 juga dihadiri ratusan orang elemen masyarakat Jakarta yang lain.

Tak hanya memakai setelan baju pangsi lengkap dengan golok yang terselip, para pesilat tersebut juga membawa beberapa spanduk besar bertuliskan semboyan nasionalisme di rapat Ikada.

"Satoe noesa, satoe bangsa, satoe tekad. Merdeka!" bunyi salah satu spanduk itu. Ada sekitar lima spanduk bertuliskan ejaan lama itu.
Baca : Reka Ulang Rapat Ikada di Monas, Ini Isi Pidato Anies Baswedan

Massa berkali-kali memanggil Presiden Soekarno sambil mengusung bambu runcing dan bendera merah putih. Tak hanya itu, beberapa orang dengan pakaian tentara Jepang lengkap dengan senapan kayu terlihat menghadang mereka. Hingga akhirnya aksi saling dorong antara mereka terjadi.

Cerita tersebut merupakan suasana di Rekonstruksi Ikada 19 September 1945 yang diadakan oleh Forum Warga Betawi. Pada 73 tahun yang lalu, di lokasi tersebut digelar rapat akbar yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno.

Pada rapat tersebut, kurang lebih 200-250 ribu orang hadir. Mereka mendengarkan pidato Soekarno soal Proklamasi Kemerdekaan yang merupakan keinginan masyarakat luas, bukan karena keinginan segelintir kelompok elite saja.

Suasana rekonstruksi rapat raksasa Ikada 1945 di lapangan Monas, Jakarta Pusat, Ahad sore, 16 September 2018. TEMPO/M Julnis Firmansyah

Sejarawan sekaligus penanggung jawab acara rekonstruksi bertajuk "Samudera Merah Putih", J.J. Rizal, menjelaskan di tahun sebelumnya hanya para pejabat yang ikut apel peringatan Ikada di Monas. Padahal saat dilaksanakan 19 September 1945, ribuan masyarakat sipil datang ke rapat Ikada itu.

"Dengan adanya rapat Ikada, membuka mata dunia bahwa proklamasi adalah keinginan rakyat banyak," ujar Rizal.

Pada rapat Ikada tahun ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tampil berpidato. Acara itu rencananya akan berlangsung hingga 20 September 2018. Selain apel rekonstruksi, panitia juga menggelar pameran foto dan diskusi sejarah di Balai Kota, Jakarta Pusat.
Simak juga :
Anggota DPRD Ini Sebut Partai Belum Setor Calon Wagub DKI Jakarta

Rizal berharap acara ini sebagai upaya menambah bobot nilai sejarah pada apel peringatan rapat rakasa Ikada yang rutin diperingati Pemerintah Provinsi DKI setiap tahun.

Adapun alasan munculnya para pesilat dari 76 organisasi silat tradisi Betawi dari 20 aliran, Rizal mengatakan mayoritas peserta rapat Ikada 1945 adalah masyarakat kampung dan pesilat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus