Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mempertimbangkan untuk melakukan penuntutan terhadap polisi yang mengintimidasi petugas medis ambulans DKI yang memberikan bantuan kepada korban kerusuhan pada Rabu, 25 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Nanti kita lihat situasinya," kata Kepala Dinkes DKI Sri Widyastuti di Balai Kota DKI, Selasa, 1 Oktober 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Widyastuti menuturkan tiga petugas medis ambulans DKI menjadi korban penganiayaan polisi saat kerusuhan pecah di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat. Ketiganya berasal dari petugas kesehatan Puskesmas Kecamatan Pademangan.
Petugas medis yang digebuki dan ditangkap, kata Widyastuti, sempat menjalani penahanan oleh polisi dan dibebaskan sehari setelahnya. Setelah dibebaskan, para petugas medis langsung dirujuk ke Rumah Sakit Tarakan karena mengalami sejumlah luka. "Ada luka yang butuh dijahit," kata dia.
Widyastuti mengatakan para petugas medis itu juga telah dijenguk oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan mendapatkan motivasi untuk terus membantu misi kemanusiaan tanpa megenal suku, golongan, agama, atau apapun. "Ketiganya kemarin sudah pulang dari rumah sakit," kata dia.
Menurut Wiyastuti, petugas medis yang mendapatkan intimidasi dari polisi saat ini masih mengalami trauma ringan. Saat kerusuhan kemarin, ia mencatat ada 210 korban yang dilarikan ke rumah sakit dan 15 orang di antaranya mesti menjalani rawat inap.
Dinkes DKI masih terus mencatat korban yang dirujuk ke rumah sakit karena jumlah terus bertambah. "Sebab kemarin (30 September) masih ada unjuk rasa," kata dia.
Akun twitter TMC Polda Metro Jaya membuat unggahan yang menyebut ambulans DKI menyuplai batu dan bensin untuk para perusuh pada Kamis dini hari, 26 September 2019. Dalam cuitannya, TMC Polda Metro Jaya mengunggah video ambulans berlogo DKI Pukesmas Kecamatan Pademangan digeledah oleh sejumlah aparat.
"Polri mengamankan 5 kendaraan ambulans Pemprov DKI Jakarta yang digunakan untuk mengangkut batu dan bensin yang diduga untuk molotov di Pejompongan," tulis akun @TMCPoldaMetro.
Belakangan cuitan itu dihapus dan Polda Metro Jaya mengakui adanya kekeliruan. Batu dan bom molotov dalam ambulans itu milik para perusuh yang berupaya lari dari kejaran petugas dan mencoba bersembunyi di dalam ambulans.
Saksi yang ditemui Tempo berkata lain. Menurut mereka, ambulans DKI yang awalnya terparkir di depan lobi Menara BNI dipaksa keluar dari area tersebut oleh polisi. Para polisi itu juga disebut menganiaya para petugas medis karena marah setelah melihat para pelaku kerusuhan mendapatkan pengobatan.