Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Efek Amfetamin Diduga Penyebab Editor Metro TV Nekat Bunuh Diri

Efek zat narkotika amfetamin diduga menjadi salah satu penyebab editor Metro TV Yodi Prabowo nekat melakukan bunuh diri.

25 Juli 2020 | 12.15 WIB

Keplisian memasang garis polisi melingkari lokasi ditemukannya mayat editor video Metro TV Yodi Prabowo di seberang kiri Tol JORR atau di bawah pohon trembesi di sisi kiri Jalan Ulujami Raya, Pesanggrahan, Jakarta Selatan sejak ditemukannya mayat Yodi pada Jumat, 10 Juli 2020. TEMPO/Ihsan Reliubun
Perbesar
Keplisian memasang garis polisi melingkari lokasi ditemukannya mayat editor video Metro TV Yodi Prabowo di seberang kiri Tol JORR atau di bawah pohon trembesi di sisi kiri Jalan Ulujami Raya, Pesanggrahan, Jakarta Selatan sejak ditemukannya mayat Yodi pada Jumat, 10 Juli 2020. TEMPO/Ihsan Reliubun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Efek zat narkotika amfetamin diduga menjadi salah satu penyebab editor Metro TV Yodi Prabowo nekat melakukan bunuh diri.

Polisi menyebutkan tindaka itu dengan menikam dada dan lehernya berkali-kali. Zat amfetamin biasa ditemukan di narkotika jenis ekstasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"(Mengonsumsi amfetamin membuat) meningkatnya keberanian yang luar biasa, jangan pernah bandingkan pemikiran orang normal dengan orang tak normal (habis konsumsi narkoba)," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Tubagus Ade Hidayat, di kantornya Sabtu, 25 Juli 2020. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Yodi Prabowo ditetapkan positif mengonsumsi narkoba setelah polisi mengecek darahnya. Belum diketahui sejak kapan Yodi mengonsumsi pil haram tersebut. Selain itu, Tubagus tak menjelaskan apakah pihaknya menemukan barang bukti tersebut di lokasi atau kediaman Yodi. 

Selain efek zat narkotika, Yodi diduga depresi hingga melakukan bunuh diri. Sebab sebelum ditemukan tewas, Yodi sempat mengunjungi dokter spesialis kulit dan kelamin di RSCM, Jakarta Pusat. Di sana, ia memeriksakan diri apakah positif HIV atau tidak. 

"Konsultasi ke dokter kelamin apakah ada kaitannya (dengan bunuh diri)? Sangat terkait, karena adanya depresi," ujar Tubagus. 

Sebelumnya, polisi telah melakukan penyelidikan kasus pembunuhan Yodi sejak 2 pekan yang lalu. Beberapa upaya seperti mengecek CCTV, mengecek sidik jari dan DNA di Puslabfor Mabes Polri, mengerahkan anjing pelacak, hingga memeriksa 34 saksi sudah dilakukan polisi. 

Dari hasil pemeriksaan itu, polisi menyimpulkan Yodi positif bunuh diri dengan menikam dadanya sebanyak 4 kali dan leher sebanyak 2 kali. Sebanyak 3 tikaman di dada dan 1 di leher berjenis dangkal dan hanya sedalam 2 sentimeter.  

"Berdasarkan psikologi forensik, setiap orang yang bunuh diri ada luka percobaan bunuh diri. Dalam kasus ini, luka dangkal itu (buktinya)," ujar Tubagus

Mayat editor Metro TV itu pertama kali ditemukan warga di pinggir Tol JORR di Ulujami, Pesanggrahan, Jaksel, pada Jumat, 10 Juli 2020. Jenazah Yodi ditemukan oleh bocah di sekitar lokasi yang sedang bermain layangan. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus