NYARIS dua kali citra Scotland Yard rusak binasa. Tahun 1888,
dinas kepolisian metropolitan London itu gagal total membongkar
kasus pembunuhan berantai, yang dilakukan antara 7 Agustus
hingga 10 November. Tujuh orang wanita menjadi korban. Semuanya
pelacur.
Pembunuh itu beraksi di sekitar Whitechapel, Distrik East End,
London. Ia kemudian dijuluki Jack The Ripper. Semua usaha polisi
menjaring 'Jack' gagal. Mereka bahkan mendapat kiriman sepotong
ginjal manusia, diduga dari sang pembunuh.
Dari bekas yang ditinggalkan 'Jack', kuat dugaan bahwa ia
menguasai anatomi manusia. Ia menggorok leher korbannya dengan
teliti, dan memotong-motong tubuh mereka secara seksama. Polisi
putus asa.
Sebaliknya, para penerbit novel dan produser film panen dari
pelbagai cerita yang diangkat berdasarkan tema Jack The Ripper.
Tak sampai seabad kemudian, 1975, polisi London kembali dibikin
pusing. Pembunuhan demi pembunuhan mengambil lokasi di daerah
Yorkshire Barat, dan tempat lain disekitar England Utara.
Semua korban wanita. Sebagian besar pelacur. Terkenang akan Jack
The Ripper yang hingga kini tetap misterius, pers dan masyarakat
menjuluki pembunuh biadab itu The Yorkshire Ripper, Jagal dari
Yorkshire.
Korban pertama adalah Wilma McCann. Wanita tunasusila ini
dibunuh di Leeds, 30 Oktober 1975. Kepalanya dihantam palu.
Korban kedua jatuh pada 20 Januari 1976. Kali ini nasib malang
itu menimpa Emily Jackson, pelacur, juga di Leeds. Pada paha
Emily membekas sepatu sang pembunuh. Nomor tujuh. Termasuk
ukuran kecil.
Setelah itu menyusullah lima tahun penuh teror di seputar
kawasan Yorkshire. Jagal itu tampaknya khusus memilih kaum
wanita. Terutama mereka yang akrab dengan kehidupan wilayah
lampu merah.
Lebih lima tahun The Yorkshire Ripper malang melintang tanpa
halangan. Kepala polisi London hampir menangis menampung cerca
masyarakat. Apalagi pers. Bahkan Menteri Dalam Negeri Kerajaan
Inggris, yang membawahkan kepolisian, tak urung disindir kiri
kanan.
Usaha identifikasi tak banyak membawa hasil. Dari beberapa orang
korban yang tak sampai tewas, misalnya Anna Rogulskyj dari
Keighley dan Olive Smelt dari Halifax, berhasil dikumpulkan
sedikit keterangan. Misalnya, bahwa pembunuh itu berambut lebat,
berjenggot, dan ompong pada gigi depannya.
Hal ompong ini ada sangkut pautnya dengan mayat yang ditemukan
polisi di Preston, 20 November 1975. Korban pembunuhan bernama
Joan Harrison. Pada buah dadanya tampak bekas gigitan, dari
sebaris gigi yang bogang di depan.
DARI berbagai keterangan, memang berhasil dirancang sebuah
sketsa. Disamping itu terdapat ciri yang menyertai semua
pembunuhan. Yaitu: sang jagal beroperasi di daerah mesum, dan
selalu mengetuk kepala korbannya dengan palu.
Setelah 13 orang wanita menjadi mayat, barulah polisi London
berhasil menangkap The Yorkshire Ripper, 2 Januari 1981. Dia
adalah Peter William Sutcliffe, 34 tahun, pengemudi truk dari
Garden Lane, Heaton, Bradford.
Inilah pengejaran terlama di dalam sejarah pidana Inggris. Boleh
jadi juga yang termahal. Dalam lima tahun, polisi mengumpulkan
5,2 juta keterangan, 32 ribu di antaranya tertulis.
Di sekitar kota Manchester, Sheffield, Humberside, Bradford dan
Leeds, 250 ribu orang diwawancarai. Di daerah sarang pelacuran
sekitar Manchester, Leeds, Preston, Halifax dan Huddersfield,
lebih 5 juta mobil dicatat nomornya dengan teliti. Di wilayah
ini memang terjadi tidak kurang 20 kali serangan terhadap
wanita.
Dari segi keuangan, lima tahun operasi itu menghabiskan Å“4 juta
Jam kerja yang digunakan polisi berjumlah lima juta jam!
Ironinya: sang pembunuh sendiri tak pernah mengungsi dari daerah
operasinya.
Tertangkapnya Sutcliffe pada 2 Januari 1981 lebih bersifat
peristiwa kebetulan. Malam itu, sebuah truk menghampiri seorang
pelacur bernama Olivia Reivers di wilayah lampu merah Broomhall
Street.
"Pengemudi truk itu mengajak saya bermain cinta, dan saya
menyebut tarif Å“10 untuk satu permainan di atas mobil," kata
Olivia blak-blakan ketika memberikan kesaksian di pengadilan.
Olivia kemudian mengajak sang pengemudi bersama mobilnya ke
Melbourne Avenue tak jauh dari Broomhall, karena Sutcliffe tak
punya saran lain. Daerah itu sudah terkenal dengan para pelacur
yang melayani langganan di dalam kendaraan.
Ketika Sutcliffe mematikan mesin dan lampu mobilnya, Olivia
menagih pembayaran lebih dulu. Jagal itu mengulurkan uang Å“ 10.
"Dia bercerita," tutur Olivia kemudian, "bahwa dia baru
bertengkar di rumah dengan istrinya."
Tak bisa diungkapkan, apakah Sutcliffe malam itu ingin menambah
jumlah korbannya dengan menamatkan Olivia. Yang terang,
berdasarkan kisah sang pelacur, mereka gagal bermesraan. "Dia
tampak gugup," tutur Olivia. Wanita ini juga membenarkan para
pemeriksa, bahwa malam itu Sutcliffe tak berhasil membangkitkan
kejantanannya.
Lalu datanglah sebuah patroli. "Waktu itu celananya masih
terbuka," sambung Olivia. Dan Sersan Robert Ring, komandan
patroli itu, tak memerlukan waktu lama untuk menaruh kecurigaan.
Nomor mobil Sutcliffe memang tercantum di dalam daftar yang
sudah dipegang polisi. Apalagi setelah pengemudi itu dibawa ke
bawah cahaya lampu. Rambut lebat, berjenggot, ompong pada gigi
depan.
Pemeriksaan selanjutnya memperjelas soal. Palu, obeng, seutas
tali, muncul laksana memperkenalkan diri sebagai barang bukti.
Sersan Ring hampir bersorak. Pengemudi yang sangat dicurigai itu
digiring ke kantor polisi.
PENGAKUAN demi pengakuan diberikan Stucliffe melapangkan
jalannya ke pengadilan. Polisi London lega. Kali ini kasus 'Jack
The Ripper' tidak berulang. Tapi apakah sukses polisi ini
disambut hangat masyarakat? Tidak.
Peter William Sutcliffe sebetulnya bukan orang baru untuk polisi
London. Tahun 1969 ia pernah ditahan karena kedapatan membawa
palu. Tuduhan pada waktu itu: dicurigai akan mencuri.
Masih dalam tahun itu juga, Sutcliffe kembali ditahan polisi. Ia
dipergoki menenteng kaus kaki berisi batu. Kalau sekedar itu,
tentu tak apa-apa. Tapi kaus berisi batu tadi sempat dihantamkan
Sutcliffe ke kepala seorang pelacur di daerah Bradford.
Sutcliffe bisa bebas karena pelacur itu sudi memberi maaf.
Sutcliffe memang baru membunuh enam tahun kemudian. Tapi
masyarakat menyesalkan, mengapa polisi tak cermat membongkar
arsip orang-orang yang dicurigai. Palu yang sudah ditemukan pada
Sutcliffe 1969, dan tindakannya menyerang pelacur di Bradford
tak lama kemudian, tentu amat menarik bila dikaitkan dengan mata
rantai pembunuhan 1975-1980.
Di pengadilan, Sutcliffe sendiri bagai menertawakan polisi. Pada
suatu saat, katanya, "saya hanya empat langkah di depan seorang
polisi, mengenakan sepatu yang nomor dan cirinya sudah di tangan
sang polisi."
Menurut laporan surat kabar mingguan terkemuka Ingris The Sunday
Times, 3 Mei 1981, 18 bulan sebelum Sutcliffe ditangkap namanya
sudah disebut secara resmi dalam sebuah jurnal seorang polisi
Yorkshire. Tapi kepala kepolisian setempat rupanya meremehkan
data itu.
Para perwira polisi mungkin lebih percaya pada sebuah kaset yang
dikirim oleh seorang tak dikenal. Kaset itu hanya berisi ucapan:
"I'm Jack " (Sayalah Jack). Suaranya jelas beraksen Wearside.
Maka polisi memusatkan usaha pengejaran pada seorang yang
memiliki aksen daerah Wearside, aksen yang justru tidak dimiliki
Sutcliffe.
Sejak tahun 1975, sembilan kali Sutcliffe diperiksa polisi. Tapi
ia selalu lolos. Apalagi istri dan mertuanya memperkuat alibi
sopir truk itu. Menurut mereka, pada malam-malam pembunuhan di
sekitar Yorkshire, Sutcliffe selalu berada di rumah.
Para pengamat percaya, kalau polisi sedikit cermat
setidak-tidaknya tujuh pembunuhan bisa dicegah. Sutcliffe
sendiri menyebut penangkapannya sebuah "mujizat". Ia
berkali-kali mengatakan di pengadilan, bahwa semua fakta sudah
di tangan polisi sejak lama. "Tapi akhirnya saya maklum juga
mengapa mereka tak berhasil menangkap saya. Semuanya berada di
tangan Tuhan," ujar pembunuh itu dengan gaya seorang
pengkhotbah.
Pengadilan atas diri Peter William Sutcliffe tentu saja sangat
menarik perhatian. Sidang dilangsungkan di ruangan nomor satu
pengadilan pidana pusat, yang lebih dikenal dengan nama Old
Bailey, London. Di sini, ratusan bajingan Inggris sudah menerima
keputusan hukumnya sepanjang sejarah kriminal negeri itu.
Lebih 80 orang wartawan dalam dan luar negeri meliput sidang
ini. Tersedia lebih 30 kursi untuk masyarakat, yang sebagian
besar diduduki para mahasiswa hukum. Mereka sudah antre sejak
malam sebelumnya. Ada malah yang membawa sleeping.
Tindakan keamanan lebih ketat dari biasa. Semua tas digeledah.
KTP diperiksa. Di antara pengunjung tampak James Hobson, wakil
kepala polisi Yorkshire Barat. Dia inilah, bersama
anggota-anggota kesatuannya, jungkir balik memburu sang pembunuh
sejak lima tahun terakhir.
Beberapa keluarga korban ikut menonton persidangan. Juga Anna
Rogulskyj dan Olive Smelt, dua di antara korban yang tak sampai
tewas. Sonia Sutcliffe, istri terdakwa duduk bersama ibunya, Ny.
Maria Szurma di sebelah kanan dock tempat Sutcliffe berdiri
selama sidang. Sonia dikawal sejumlah Polwan berseragam.
Wajahnya pucat.
The Yorkshire Ripper memasuki ruangan sidang dengan kalem.
Pakaiannya rapi. Mengenakan jas kelabu dengan kemeja berwarna
biru, ia rupanya sempat berdandan sebelum tampil di depan umum.
IA diangkut ke Old Bailey dengan sebuah mobil penjara berwarna
hijau. Sejak berangkat dari penjara Birxton, London bagian
selatan, mobil berlapis baja ini dikawal ketat oleh sejumlah
kendaraan polisi. Di Old Bailey, lampu sorot TV dan wartawan
foto menyambut pembunuh itu.
Sidang dipimpin Hakim Boreham. Pihak penuntut umum dikepalai
Jaksa Agung Sir Michael Havers. Sebagai pembela Sutcliffe
bertindak James Chadwin. Beberapa saksi diundang hadir, di
antaranya terdapat psikolog dan psikiater. Di atas meja
terpajang barang bukti: 8 buah palu, sebilah gergaji dan belati,
sebilah pisau dapur panjang, tiga pisau pemotong daging, 8
obeng, seutas tali, dan sebuah tas tangan dari serat rafia.
Sutcliffe dituduh melakukan pembunuhan atas diri 13 orang
wanita, dan percobaan pembunuhan terhadap 7 orang wanita lagi.
Kepada 12 orang anggota juri yang diangkat dan diambil
sumpahnya, terletak keputusan dalam menentukan apakah Sutcliffe
seorang pembunuh, atau seorang yang mengalami gangguan jiwa.
***
Peter William Sutcliffe dilahirkan 2 Juni 1946 di Heaton Row, di
kota pasar Bingley, yang kini termasuk bilangan West Riding
wilayah Yorkshire. Ayahnya pembakar roti, ibunya kelahiran
Irlandia. Dari enam bersaudara, Sutcliffe anak tertua.
Kendati bukan keluarga kaya, rumah tangga itu berbahagia. Di SD
St. Joseph setempat, Sutcliffe tercatat murid yang pintar. Tapi
di SMP Cottingley Manor, Bingley ia biasa-biasa saja. Tahun 1961
keluarga itu boyong ke Cornwall Road.
Masa kecilnya tipikal kehidupan kaum pekerja Inggris. Anak-anak
dari golongan ini biasa bermain bola dan cricket di tengah
jalanan, membentuk gang bocah masing-masing. "Mereka sesaudara
gemar ribut," ujar Ny. Wendy Turner, 33 tahun, yang hingga kini
mukim di Cornwall Road. Tapi ia juga mengaku, bahwa Sutcliffe
tak pernah terlibat perkelahian.
Meningkat remaja, Sutcliffe tampak tertarik pada sepeda motor
dan mobil. Ia keluar dari sekolah, dan bekerja sebagai magang di
sebuah bengkel. Tapi ini tak lama. Ia berpindahpindah pekerjaan.
Pada tahun 1964 terjadi perubahan mendadak. Sutcliffe menjadi
penggali kubur di pemakaman Bingley! Nah, di sinilah agaknya
pokok pangkal bencana.
Konon, selama bekerja di pemakaman ini Sutcliffe menerima
'wahyu'. Ia mengaku "diperintahkan Tuhan menghapuskan pelacuran
dari muka bumi." Tapi menurut cerita lain, justru pada masa itu
Sutcliffe memperlihatkan tingkah aneh.
Pada suatu kesempatan, tutur Laurie Ashton yang pernah menggali
kubur bersama Sutcliffe, "ia mengeluarkan sebuah tengkorak dari
makam yang dibongkar, dan menakut-nakuti para siswi sebuah
sekolah di Bingley dengan barang itu." Ia tampaknya tertarik
bermain-main dengan tubuh manusia.
Seorang pembersih jendela bernama Eric Robinson menceritakan
pula bahwa Sutcliffe pernah memiliki cincin-cincin yang berasal
dari jenazah. "Ia pernah menawarkan cincin itu kepada saudari
perempuannya yang akan menikah," tutur Eric. Sementara yang
ditawari terlompat kaget mendengar asal-usul cincin tersebut,
Sutcliffe konon "tertawa terbahak-bahak. "
Menurut Dr. Hugo Milne, psikiater yang memeriksa Sutcliffe
sebelum diajukan ke pengadilan, lelaki itu memang rada sinting.
Dalam istilah ilmiahnya: ia menderita schizophrenia paranoia.
"Apakah anda menganggap dia berbahaya?" tanya pembela James
Chadwin di pengadilan. Psikiater yang sudah berpengalaman 20
tahun itu menjawab: "Tidak hanya berbahaya, melainkan sangat
berbahaya."
Pengadilan memanggil pula psikiater Dr. Malcolm MacCulloch,
Direktur Medis Rumah Sakit Khusus Park Lane, Liverpool. "Saya
hanya memerlukan waktu 30 menit untuk menentukan orang ini
sebagai penderita schisophrenia paranoia, " ujar Dr. Malcolm di
pengadilan.
Kalau begitu, sejak kapan Sutcliffe mulai sableng? "Sejak ia
berumur 19 atau 20 tahun, tepatnya setelah bekerja sebagai
penggali kubur," jawab Dr. Hugo. Jadi kira-kira 10 tahun sebelum
pembunuhan pertama.
Seorang petugas sempat membisikkan pada Dr. Hugo, bahwa
Sutcliffe bisa tenang sekali pada saat pemeriksaan mencapai
titik paling gawat. "Justru itulah salah satu pertanda
schizophrenia, "sahut sang psikiater kalem.
Tapi ke-12 orang juri, 6 pria 6 wanita, tak sudi menerima
diagnosa ini. Bagi mereka Sutcliffe tetap pembunuh berdarah
dingin, yang memperlakukan korbannya dengan cara yang sungguh
menjijikkan. Mereka tak bisa lupa, bahwa Sutcliffe menggali
kemaluan salah seorang korbannya dengan obeng panjang. Siapa
yang tidak bergidik?
Jagal itu sendiri menolak tuduhan bersalah melakukan pembunuhan.
Tapi ia mengaku "membunuh tanpa direncanakan." Juri kemudian
memberikan kata putus 'guilty" (bersalah) terhadap Sutcliffe,
dengan perbandingan suara 10:2.
Inggris memang sudah menghapuskan hukuman mati. Karena itu
pengadilan menjatuhkan vonis hukuman seumur hidup terhadap
pembunuh itu, dengan catatan bahwa ia secara definitif harus
berada di belakang tembok penjara sekurang-kurangnya 30 tahun.
"Ini memang hukuman yang luar biasa panjangnya," kata Hakim
Boreham kepada Sutcliffe, "tapi saya juga percaya anda manusia
yang luar biasa berbahayanya."
Setidak-tidaknya keluarga para korban lega mendengar keputusan
ini. Tapi Ny. Doreen Hill, ibu korban terakhir Jacqueline Hill,
rupanya kurang puas. "Saya ingin bajingan itu digantung,"
katanya. Ada pula keluarga korban yang khawatir kalau sebelum 30
tahun muncul usaha membebaskan Sutcliffe dari penjara.
Pembunuh itu sendiri tetap tenang. Ia segera diangkut ke penjara
Wormwood. Setelah di sana sebentar, ia akan dipindahkan ke
penjara Akefield, di mana sanak saudaranya diizinkan berkunjung.
Kemudian baru ia dimukimkan di penjara lain, dengan kategori
"terpidana paling berbahaya. "
Di samping melenyapkan 13 nyawa, Sutcliffe membuat cacat seumur
hidup tujuh wanita lainnya. Tidak semuanya pelacur. Ia bahkan
sempat menyerang seorang asing, yaitu Dr. Upadhya Anandavathy
Bandara, 34 tahun, seorang warganegara Singapura yang sedang
belajar Nuffield Medical Centre di Leeds. Dr.Upadya selamat,
karena kebetulan Sutcliffe lupa membawa palu dan obeng.
DARI 13 orang korban yang tewas, 25 anak menjadi yatim. Ada pula
ayah korban yang meninggal lantaran tak tahan menanggung pilu.
Masyarakat menyebutnya sebagai "korban ke-14".
Hanya tinggal satu soal yang tetap menjadi pikiran masyarakat
dan para petugas. Siapa pengirim kaset berisi ucapan "I'm Jack,
" dengan aksen Wearside yang kental itu?
Orang itu tampak mengetahui detil pembunuhan Joan Harrison, yang
oleh Sutcliffe disanggah keras sebagai ulahnya. Kalau begitu,
mungkin ada pembunuh kedua yang masih bebas gentayangan?
Istri Sutcliffe, Sonia, tak kuat berdiri setelah keputusan itu
diketukkan. Ia dipapah ibunya meninggalkan ruangan sidang. "Saya
tetap mencintainya," bisik perempuan malang itu, "dan akan
senantiasa mendampinginya."
Sesuai dengan hukum Inggris, Sutcliffe mempunyai waktu 28 hari
(sejak 22 Mei) untuk mempertimbangkan apakah ia akan naik
banding. Kalau tidak, ia segera memulai hari-hari dari masa
hukuman 30 tahun yang kelam itu.
Para psikiater memang memikirkan kemungkinan memberikan
pengobatan kepada Sutcliffe selama di penjara. Misalnya melalui
therapi obat penenang. "Mungkin diperlukan 10 tahun untuk
pengobatan itu," kata Dr. Marlcolm Macculloch. "Kemudian,"
sambungnya, "Sutcliffe tetap insan berbahaya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini