Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Liga Indonesia Dihentikan, PSPS Rugi Rp 850 Juta

Manajemen PSPS Pekanbaru harus membayar gaji pemain selama tiga bulan.

6 Mei 2015 | 04.05 WIB

Pesepakbola PSPS Pekanbaru Dika Hanggara menghalau tendangan pemain Arema Cronous Victor Igbonefo saat laga pertandingan Indonesia Super League di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, (4/7). Arema Cronous kalahkan tamunya 7-1. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Perbesar
Pesepakbola PSPS Pekanbaru Dika Hanggara menghalau tendangan pemain Arema Cronous Victor Igbonefo saat laga pertandingan Indonesia Super League di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, (4/7). Arema Cronous kalahkan tamunya 7-1. TEMPO/Aris Novia Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO , Jakarta:Penghentian Kompetisi Liga Indonesia oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga dan PSSI tidak hanya berdampak buruk bagi klub divisi utama QNB League. Klub yang bertarung di kasta kedua Liga Indonesia turut mengalami kerugian materi yang cukup besar.



PSPS Pekanbaru mengklaim mengalami kerugian hingga Rp 850 juta akibat kisruh PSSI dan Kemenpora yang tak kunjung usai. “Ini sangat merugikan klub, kami mau minta ganti rugi kemana?” kata Manajer PSPS Pekanbaru, Zulkifli Nasution, saat dihubungi Tempo, Selasa, 5 Mei 2015.

Menurut Zulkifli, PSPS Pekanbaru mengalami kerugian akibat biaya yang dikeluarkan selama persiapan kompetisi sejak November 2015. Selama masa persiapan, PSPS Pekanbaru terus melakukan latihan serta melakukan beberapa pertandingan uji coba serta mengikuti kompetisi di luar Riau.



Manajemen mengaku kecewa karena persiapan yang sudah dilakukan sejak lama berakhir sia-sia. “Ini sangat merugikan sekali,” kata Zulkifli.

Selain biaya persiapan, manajemen PSPS Pekanbaru harus membayar gaji pemain selama tiga bulan meski kompetisi tidak berjalan. “Gaji pemain tetap kami bayarkan,” katanya.

Menurut Zulkifli, sejak rapat Komite EKsekutif PSSI memutuskan pengehentian kompetisi 2015, PSPS Pekanbaru terpaksa meliburkan kegiatan latihan hingga waktu yang tidak ditentukan. Zulkifli berharap petinggi sepak bola Indonesia segera memberikan solusi terbaik agar kompetisi segera dilanjutkan.

Menurutnya, tidak hanya pemain yang dibuat bingung akibat penghentian kompetisi, tetapi juga para supporter sangat kecewa harus kehilangan hiburan, alasannya sepakbola merupakan olahraga yang banyak dinikmati kalangan menengah kebawah di Riau. “Jika petinggi punya hati, dengarkan suara rakyat, jangan egois yang dikedepankan,” ujarnya.

Sebelumnya, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memutuskan secara resmi menghentikan semua kompetisi sepak bola musim 2015. Keputusan itu diambil dalam rapat Komite Eksekutif PSSI yang berlangsung di kantor PSSI, Senayan, Sabtu, 2 Mei 2015.

Alasan penghentiannya lantaran Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi telah lebih dulu membekukan PSSI dan tidak menerbitkan izin kepolisian untuk menggelar semua pertandingan ISL, yang sekarang bernama Qatar National Bank League.

RIYAN NOFITRA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Martha Warta Silaban

Martha Warta Silaban

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus