Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Makanan Kaya Polifenol yang Bikin Otak Sehat setelah Berusia 65

Orang yang sering makan makanan tinggi polifenol memiliki otak lebih sehat, risiko gangguan kognitif jauh lebih rendah seiring bertambahnya usia.

20 Desember 2021 | 14.20 WIB

Ilustrasi memakan buah-buahan. Shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi memakan buah-buahan. Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Jika ingin otak sehat seiring dengan pertambahan usia, maka jagalah kesehatan usus. Salah satu caranya adalah dengan mengonsumsi makanan nabati yang kaya akan zat yang disebut polifenol serta metabolit yang bermanfaat dapat menguntungkan keduanya, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Nutrition & Food.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Dalam studi itu, para peneliti mengamati hampir 850 orang di atas usia 65 tahun yang tinggal di dua wilayah berbeda di Prancis. Selain melacak diet mereka selama periode 12 tahun, peserta secara teratur menjalani lima jenis tes neuropsikologis untuk mendeteksi tanda-tanda penurunan kognitif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasilnya, peserta yang makan lebih banyak makanan yang mengandung polifenol dan mereka yang memiliki metabolit tertentu menunjukkan risiko gangguan kognitif dan demensia jauh lebih rendah seiring bertambahnya usia.

Makanan tinggi polifenol termasuk apel, bluberi, cokelat hitam, kopi, teh hijau, jamur, jeruk, buah delima, dan anggur merah.

"Hasil dari penelitian ini adalah bahwa asupan buah-buahan, sayuran, dan makanan nabati lainnya yang lebih tinggi polifenol dan senyawa bioaktif lainnya dapat membantu mengurangi risiko penurunan kognitif terkait penuaan," kata pemimpin studi Cristina Andrés-Lacueva, dari Departemen Ilmu Gizi dan Makanan di Universitas Barcelona di Spanyol, seperti dilansir dari Eatthis.com. 

Makanan tinggi polifenol berkhasiat lebih maksimal ketika mengurangi makanan yang kurang sehat seperti pemanis buatan, yang terbukti berdampak negatif pada gangguan kognitif dalam penelitian ini.

Menurut Andrés-Lacueva, salah satu aspek terpenting dari pola makan ini dapat meningkatkan bakteri menguntungkan di usus. Hubungan antara fungsi otak dan kesehatan usus begitu kuat sehingga usus kadang-kadang disebut otak kedua. Sinyal kimia terhubung terus menerus antara otak dan sistem pencernaan, sinyal ini juga mempengaruhi aspek tubuh lainnya, seperti respons imun dan regulasi hormon.

Bukan hanya melindungi kesehatan otak, sumbu otak-usus itu dapat menjadi kunci untuk kesehatan emosional, kata Lisa Mosconi, penulis Brain Food: The Surprising Science of Eating for Cognitive Power.

"Kita sering melihat bahwa jika salah satunya tidak baik, yang lain terpengaruh, terkadang cukup dramatis," katanya. "Dari semua organ dalam tubuh kita, otak adalah yang paling mudah rusak akibat pola makan yang buruk."

Baca juga: 8 Kebiasaan Sederhana untuk Menjaga Kesehatan Otak selama Bekerja di Rumah

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus