Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Bintaro Xchange kini terhubung langsung dengan Stasiun Jurangmangu via terowongan.
Infrastruktur penghubung antara pusat belanja dan sarana transportasi publik dinilai esensial untuk meningkatkan jumlah pengunjung.
Akses langsung tidak hanya memudahkan pengunjung dan penumpang, tapi juga mengurai kemacetan lalu lintas di kawasan itu.
Matahari bersinar panas terik di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, pada Ahad, 24 Desember lalu. Namun sengatan sinar matahari tak menyentuh sebagian pengunjung Bintaro Jaya Xchange Mall, yaitu mereka yang berjalan kaki dari Stasiun Jurangmangu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak 15 Desember lalu, terbentang terowongan yang menghubungkan stasiun dengan kepadatan 13 ribu orang per hari tersebut dan Bintaro Xchange. Penumpang KAI Commuter tak menyia-nyiakan fasilitas ini. Di antaranya Hanita Hani, 26 tahun, yang pada Ahad siang itu menyusuri terowongan berhias cahaya biru tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karyawan pemasaran perusahaan reklame tersebut mengaku sebagai pengunjung reguler Bintaro Xchange untuk urusan pekerjaan. "Biasanya dari stasiun lewat jalan samping. Kaget juga lihat ada terowongan ini," kata Hanita di lokasi.
Siang itu, dia ada janji bertemu dengan kliennya di mal yang berdiri sejak 2013 tersebut. Hanita mengatakan terowongan itu membuatnya merasa lebih aman dan nyaman karena tak perlu menyeberang Jalan Lingkar Jaya.
Area terbuka setelah terowongan sebelum memasuki pintu masuk ke Bintaro Jaya Xchange Mall 2 di Tangerang Selatan, Banten, 24 Desember 2023. TEMPO/Jihan Ristiyanti
Nabila, 25 tahun, setali tiga uang. Staf administrasi perusahaan swasta itu kerap kesulitan saban harus menyeberang jalan dari Stasiun Jurangmangu menuju titik penjemputan ojek online di dekat mal. "Apalagi pada jam pergi dan pulang kerja. Rame banget," katanya di Mal Bintaro Xchange.
Sejak ada akses penghubung stasiun-mal, dia cukup turun lewat eskalator, menyusuri lorong, lalu naik tangga menuju titik penjemputan. Jika tak ingin langsung pulang, Nabila bisa mencapai lokasi nongkrong favoritnya di Bintaro Xchange secara lebih mudah.
Bagaimana tidak, selepas dari terowongan, pengunjung langsung mencapai pintu masuk Bintaro Jaya Xchange Mall 2. Letaknya berhadapan dengan Bintaro Jaya Xchange Mall 1, hanya dibatasi oleh ruang terbuka hijau. “Sekarang bisa nongkrong juga di taman. Apalagi ini dekat dari rumah kos. Tinggal jalan,” ujar Nabila.
Baru dibuka pada pertengahan bulan ini, bertepatan dengan masa libur sekolah, Mal Bintaro Xchange 2 menjadi tujuan wisata warga Jakarta dan sekitarnya. Salah satu magnetnya adalah Oceanarium BXSea, wahana kehidupan bawah laut, yang bisa menyedot hingga 2.500 orang per hari—melebihi target pengelola sebanyak 1.000 orang per hari.
Fasilitas penghubung antara sistem transportasi publik dan pusat belanja dinilai penting oleh pengamat tata kota Nirwono Joga. “Semua diuntungkan. Jumlah pengguna transportasi publik meningkat, pengguna kendaraan pribadi berkurang, kemacetan lalu lintas akan terurai, dan polusi akan menurun,” ujar pendiri Pusat Studi Perkotaan ini.
Buktinya ada banyak. Sebut saja, Blok M Plaza di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pusat belanja yang berjaya pada era 1990-an itu terpuruk pada satu dasawarsa lalu, seiring dengan menjamurnya mal lain yang lebih modern di Ibu Kota.
Sejak MRT Jakarta beroperasi pada 2019, Blok M Plaza seperti bangkit dari mati suri. Kunci utamanya adalah jembatan penghubung dari Stasiun Blok M BCA. Kawasan sekitarnya juga kian ramai. Apalagi setelah Taman Martha Tiahahu kelar dipugar pada September 2022. Gultik alias gulai tikungan, jajanan yang ngetop di era 1990-an, pun kembali jadi incaran.
Meski demikian, akses dari transportasi publik hanyalah satu dari sekian faktor yang membuat mal "hidup". Ada juga pusat belanja yang terhubung langsung dengan sistem angkutan massal, tapi tetap mati suri. Contohnya, Ratu Plaza di Jakarta Pusat. Dari sisi lokasi, mal ini sangat strategis, yaitu di ujung selatan Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat, serta berhadapan dengan stasiun MRT dan halte Transjakarta.
Beroperasi sejak awal 1980-an, Ratu Plaza merupakan salah satu mal tertua di Jakarta bersama Gajah Mada Plaza. Pamornya mulai redup pada 2000-an dan terakhir menjadi magnet pengunjung sebagai pusat jual-beli komputer pada 2010-an. Kini, pengunjung hanya disuguhi deretan kios kosong di sana.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan ramai-tidaknya mal tak semata-mata ditentukan oleh akses dari sistem transportasi publik. “Terlebih sistem angkutan belum terintegrasi seperti di negara lain, yang di dalamnya pusat belanja menjadi akses publik dari dan menuju transportasi umum,” ujar dia. Contohnya adalah mal sebagai bagian dari sistem MRT di Bangkok.
Menurut Alphonzus, faktor yang lebih menentukan tingkat kunjungan pusat belanja adalah perannya sebagai hub atau penghubung sosial. "Mal perlu menyediakan ruang-ruang untuk menciptakan koneksi sosial," kata dia. "Jika fungsi itu sudah ada, akses transportasi umum menjadi faktor tambahannya."
JIHAN RISTIYANTI | MUHAMMAD IQBAL
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo