Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Maut di Bekas Tambang Samarinda, Sudah 10 Anak Tewas

Jatam menilai Pemerintah Kota Samarinda tidak peduli dan tak berani menutup usaha tambang batu bara.

7 Juni 2015 | 16.41 WIB

Tiga bocah sedang menyaksikan jalanan ambruk akibat aktivitas perusahaan tambang batibara PT Amelia Energi di Kelurahan Sangasanga Dalam, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (9/11). Jalan umum sepanjang 130-an meter ini ambruk dan berubah menjadi danau be
Perbesar
Tiga bocah sedang menyaksikan jalanan ambruk akibat aktivitas perusahaan tambang batibara PT Amelia Energi di Kelurahan Sangasanga Dalam, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (9/11). Jalan umum sepanjang 130-an meter ini ambruk dan berubah menjadi danau be

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Balikpapan - Ardi bin Hasyim, 10 tahun, tewas tenggelam di lubang bekas tambang batu bara di Samarinda. "Ardi korban kesepuluh yang meninggal di lubang yang kini jadi danau beracun dan dalam itu," kata Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur, Merah Johansyah, Sabtu, 6 Juni 2015.
 
Menurut Merah, keberadaan lubang bekas tambang batu bara itu makin membahayakan masyarakat terutama anak-anak. Dia kecewa sikap Pemerintah Kota Samarinda yang tidak kunjung menutup aktivitas pernambang batu bara ini.

Dalam kasus Ardi, hanya utusan wali k+ota yang menyambangi keluarga korban guna menunjukkan rasa simpatinya. “Hanya menyuruh camat setempat untuk mengunjungi keluarga korban,” sesalnya.

Korban merupakan anak pasangan Hasyim dan Nur Aini yang rumahnya persis berdampingan dengan lokasi pertambangan. Korban dua hari dinyatakan hilang sebelum ditemukan tidak bernyawa dan terapung di bekas galian tambang.

Sehari-hari korban bermain di sekitar rumah bersama anak-anak tetangga lain dan terkadang juga suka melihat mobil-mobil pengangkut batu bara dan kendaraan tambang yang lalu-lalang di dekat rumahnya.

Hasbullah, ayah tiri Ardi, menjelaskan, setiap pagi anaknya melihat mobil-mobil pengangkut batu bara dan pulang ketika waktu makan siang. Setelah Ardi kembali lagi ke pos penjaga di areal pertambangan dan pulang kala sore hari untuk mandi.

"Kadang sore hari ia masih kembali bermain dan pulang paling larut jam 21.00," ujar Hasbullah yang setiap hari menjemput pulang anaknya dari lokasi pertambangan. Ardi adalah anak tunarungu dan berkebutuhan khusus.

Jatam sempat merilis nama-nama perusahaan yang dianggap bertanggung jawab atas berbagai peristiwa maut pertambangan di Samarinda. Antara lain PT Hymco Coal, PT Panca Prima Mining, PT Energi Cahaya Industritama, PT Graha Benua Etam, dan PT Cahaya Energi Mandiri.

Sementara itu, daftar nama korban tenggelam di area pertambangan di Samarinda yakni Miftahul Jannah, Junaidi, Ramadhani, Eza, Ema, Maulana Mahendra, Nadia Zaskia Putri, Muhammad Raihan Saputra, dan Ardi Bin Hasyim.

S.G. WIBISONO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untung Widyanto

Untung Widyanto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus