Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Mereka yang Lolos dan Bertahan

Bertarung melawan rasa sakit, trauma, depresi, kesedihan, serta ketakutan yang berkepanjangan, para korban yang lolos dari bom Bali dan Marriott berupaya keras menapaki kembali kehidupan normal. Di Bali, Jakarta, dan Australia, sebagian besar dari mereka kini berada. Bagaimana kondisi mereka kini? Dan bagaimana proses kesembuhan jiwa raga itu terjadi?

12 Oktober 2003 | 00.00 WIB

Mereka yang Lolos dan Bertahan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Ni Luh Erniati, 32 tahun
Putu Agus Iriawan, seorang bocah berumur tujuh tahun, kerap melontarkan pertanyaan ini kepada Ni Luh Erniati: ”Bu, kira-kira Bapak lahir kembali di mana, ya?” Mendengar pertanyaan anak sulungnya, ibu dua anak itu, yang tiba-tiba menjanda dalam usia 31 tahun, hanya mengusap matanya. Suaminya, Gde Badrawan, tewas saat bom meluluhlantakkan Sari Club—sebuah tempat hiburan di Kuta, Bali—pada 12 Oktober 2002. Malam itu, Badrawan tengah bertugas di restoran tersebut. Nyawanya langsung lepas bersama puluhan pengunjung Sari Club sesaat setelah ledakan mengguntur. Gde Badrawan mewariskan dua anak kepada Erni, yakni Agus dan adiknya, Made Bagus Ariadana, yang berumur dua setengah tahun, serta tabungan sebesar Rp 20 juta yang kini sudah ludes untuk biaya pemakaman Badrawan. Erni sendiri masih sulit melepaskan diri dari seluruh kenangan dengan suaminya. Dia dan Badrawan tadinya rekan kerja di Sari Club. ”Karena sering ngobrol di saat bekerja, kami lantas pacaran,” kenang Erni. Dia syok bahwa di Sari Club pula—tempat mereka pertama kali bertemu—Badrawan meninggalkan dia dan dua anak mereka untuk selama-lamanya. Kedua anak itulah yang membuat Erni terus bertahan. Guna mengasapi dapur, dia belajar menjahit dan membuat tas-tas kecil, selendang, serta suvenir dari kain. Di sela-sela kerja, ibu muda ini mengamati betapa anak sulungnya amat tertekan karena kehilangan ayahnya. Putu Agus suka melamun dan jarang bermain bersama temannya. Bila disapa, dia tiba-tiba menangis dan menanyakan perihal reinkarnasi ayahnya. Adik Agus, Made Bagus, justru memberikan reaksi yang amat berbeda. Saban kali ada lelaki dewasa datang, Bagus serta-merta mendekati orang itu. ”Mungkin si kecil mengira orang itu bapaknya,” kata Erni. Badrawan memang punya kebiasaan mengajak Bagus bermain setiap kali berada di rumah. Walau masih muda, Erni tak berniat menikah lagi. Dia khawatir, bila dia menikah, secara adat anak-anaknya menjadi hak keluarga besar suaminya. Alhasil, kini yang ditekadkan Erni adalah mengumpulkan uang seberapa dapat untuk menyekolahkan anak-anaknya. Selain itu, dia memerlukan biaya besar untuk upacara ngaben suaminya. Untunglah, di tengah kesusahan ditinggal suami, kenalannya asal Australia, pasangan David dan Moira, mengulurkan bantuan. Mereka menyumbangkan biaya hidup Rp 600 ribu per bulan di samping modal usaha serta peralatan jahit. Bersama lima orang janda korban bom Bali, Erni mendirikan Adopta Co Op, sebuah usaha garmen kecil-kecilan. ”David juga mengundang ahli untuk melatih kami menjahit aneka barang,” tuturnya kepada TEMPO. Erni mengakui, proses bekerja ini tidak mudah karena sebelumnya mereka hanyalah ibu rumah tangga biasa. David juga mengontrakkan rumah serta bengkel kerja untuk mereka. ”Saya tak tahu sampai kapan mereka membantu. Kami berharap segera mandiri,” katanya. Erni mengaku agak lega bernapas karena biaya sekolah kedua anaknya mendapat sokongan dari Yayasan Bali Kids. Apa pendapatnya tentang hasil sidang para pelaku bom Bali? ”Apa pun vonisnya, hal itu tak akan mengembalikan suami saya,” ujarnya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus