Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEMACETAN lalu-lintas di Jakarta sudah merupakan kejadian
biasa. Terlebih-lebih bila musim penghujan, banyak lampu
lalu-lintas yang mati dengan tiba-tiba dan kemudian menjadi
penyebab kemacetan itu. Namun usaha untuk memecahkan bukan tak
ada, meskipun secara selintas orang akan melihat bahwa pemecahan
yang dibuat itu sekedar mengurangi kemacetan yang kemudian akan
disusul lagi dengan kemacetan baru.
Apalagi pertambahan jumlah kendaraan yang setahunnya mencapai
16% - sementara pertambahan panjang jalan hanya 2% - tak salah
kalau disebut sebagai penyebab utama. Belum lagi jaringan jalan
yang belum mendukung tersalurnya arus lalu-lintas secara
memadai. Terpisahnya lokasi tempat bekerja dengan pemukiman
dalam jarak yang cukup jauh menyebabkan arus lalu-lintas kurang
terbagi. Dan ini akan terlihat pada jam-jam padat: pagi hari
arus lalu-lintas seperti "air bah" menuju Utara, sore menuju
Selatan.
Untuk memecahkan persoalan lalulintas secara mendasar, terasa
agak sulit. "Mengimbangi pertambahan jumlah kendaraan dengan
menambah panjang jalan, bukan pekerjaan gampang dan boleh
dikatakan mustahil", kata F. Suwarto M.Sc, Kepala Dinas
Lalu-lintas dan Jalan Raya DKI. Ini, sekali lagi, menyangkut
biaya. Maka itu seperti yang dikemukakan Suwarto yang mungkin di
lakukan sekarang adalah membuat berbagai pembatasan serta
memperbaiki sistim pemakaian jalan dan sistim kendaraan umum.
Satu di antaranya dengan menggunakan sistim komputer untuk
mengatur persimpangan jalan yang akan mulai digunakan pda akhir
Januari ini.
Insya Allah
Dengan menggunakan sistim komputer ini lampu lalu-lintas di 48
persimpangan jalan Jakarta akan dikendalikan dari lantai 18 Blok
G, Balai Kota. Ke 48 persimpangan jalan ini seluruhnya berada di
wilayah Jakarta Pusat. Dengan pemakaian komputer ini wilayah
lalu-lintas terpadat, "insya Allah kemacetan akan bisa
teratasi", seperti kata Suwarto. Lantas dia pun menceritakan
bagaimana prosedur kerja komputer tersebut. Di setiap
persimpangan lebih kurang 50 sampai dengan 80 meter dari lampu
lalulintas dipasang kabel detektor. Melalui kabel ini - yang
berada 5 cm di bawah aspal - jumlah kendaraan yang masuk ke
wilayah lampu lalu-lintas tersebut dihitung oleh komputer Dengan
demikian waktu menyalanya lampu hijau atau lampu merah akan
disesuaikan dengan jumlah kendaraan yang masuk ke wilayah lampu
lalu-lintas tersebut. Jika tanpa komputer, lampu lalu-lintas
akan menyala baik hijau ataupun merah sesuai dengan waktu yang
sudah ditentukan, misalnya dalam waktu 3 menit. Begitu pula jika
tak ada kendaraan lewat.
Keadaan yang baru ini tentu saja akan lebih memperlancar arus
lalu-lintas. Orang tak perlu lagi menunggu lama-lama kalau yang
diseberangnya memang tak seberapa kendaraan yang lalu. Namun ini
tentu saja tak bisa langsung menyulap keadaan, "masa
transisi masih diperulkan," kata Suwarto. Dan yang lebih
penting, ktanya pula, adalah disiplin pemakai jalan. Karena
menurutnya komputer bisa kacau kalau ada pemakai jalan yang
dengan seenaknya menyerobot masuk melalui garis pemisah jalan.
Dan akibatnya komputer yang berada di lantai 18 itu akan membuat
kesalahan perhitungan.
Di samping itu bagi DLLAJR dengan penggunaan komputer ini
berarti menambah beban baru. Pembersihan terhadap daerah bebas
parkir yang berada dekat dengan persimpangan jalan terpaksa
lebih diintensifkan. "Membiarkan kcndaraan parkir seenaknya sama
dengan mengacaukan sistim ini", kata Suwarto. Lantas diapun
menjelaskan bahwa pemakaian komputer ini kemudian akan disusul
dengan pemasangan 2 kamera tv - hadiah dari Siemens
masing-masing di depan Hotel Asoka dan di depan Bank Indonesia
jalan Thamrin. Adanya ke-2 kamera tv ini memungkinkan
terkontrolnya kemacetan yang terjadi. Dan lebih dari itu
pemecahannya segera dapat dilaksanakan, yaitu dengan mengirimkan
petugas-petugas yang akan mengatur jalannya arus lalu-lintas
tersebut.
Sebelum kwartal pertama tahun ini 8 buah kamera tv - yang dibeli
DKI-juga akan dipasang di 8 persimpangan. Kemudian - sesuai
dengan jadwal yang ditentukan sebelum akhir tahun ini melalui
pemancar radio Metro Jaya para pemakai jalan akan mendapat
keterangan-keterangan mengenai daerah-daerah yang sedang
mengalami kemacetan lalu-lintas. "Pemberitahuan ini memungkinkan
para pengendara untuk menghindari daerah-daerah berbahaya atau
macet", kata Suwarto. Lebih dari itu, untuk mengurangi kemacetan
lalulintas ini tak kurang dari Rp 1 milyar harus keluar dari
kocek DKI. Maklum ini barang baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo