Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menyasar Anak Muda Jakarta

MoJA Museum menyuguhkan instalasi seni kreatif dan interaktif. Destinasi alternatif bagi kaum muda Ibu Kota.

25 Mei 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • MoJA Museum ramai dikunjungi kaum muda Jakarta.

  • Pengunjung yang datang ke Museum MoJA ingin menyalurkan hobi dan melepas kejenuhan.

  • Sosiolog menilai ramainya MoJA Museum sebagai pertanda minimnya ruang publik bagi kaum muda untuk beraktivitas.

JAKARTA – Di tengah maraknya mal dan kedai kopi di Jakarta, Museum of Jakarta (MoJA Museum) hadir sebagai destinasi alternatif bagi kaum muda. Berbeda dengan museum pada umumnya, MoJA Museum menyuguhkan instalasi seni kreatif dan interaktif. “Kami melihat museum sebagai tempat untuk mengekspresikan seni,” kata co-founder MoJA Museum, Jennifer, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jennifer menyebutkan museum tak harus melulu menampilkan benda bersejarah. Contohnya Museum of Ice Cream yang berada di Amerika Serikat dan Singapura. Museum ini menampilkan instalasi seni yang kreatif dan penuh warna. “Jadi, kami mengusung konsep museum modern,” kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ide mendirikan MoJA, kata Jennifer, dilatarbelakangi oleh minimnya destinasi wisata untuk kawula muda. Sebagian besar anak muda di Jakarta selama ini lebih sering menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di mal, kafe, dan bioskop. “MoJA Museum bisa menjadi alternatif bagi mereka untuk beraktivitas,” katanya. “Jadi, weekend mereka lebih produktif.”

MoJA Museum berada di kompleks Gelora Bung Karno, Jalan Gerbang Pemuda, Jakarta Pusat. Persisnya di bawah tribun penonton Stadion Utama Gelora Bung Karno. Museum ini memiliki tiga spot dalam satu area, yaitu spot bermain sepatu roda, melukis, dan golf.

MoJA Museum sebenarnya dibuka pada 2018 di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Namun saat itu fasilitas yang tersedia hanya arena untuk berseluncur dengan sepatu roda. Pada 2020, lokasinya dipindahkan ke kompleks Gelora Bung Karno. Ketika itu, angka penularan Covid-19 sedang tinggi. Jadi, pengunjung yang datang setiap hari bisa dihitung dengan jari.

Pengunjung dalam karya Magic Art 3D Museum Jakarta, di Jakarta. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana

Namun sekarang, kata Jennifer, jumlah pengunjung dalam sehari bisa ratusan orang. “Bahkan bisa sampai 300 pengunjung,” kata dia. Karena itu, setiap pengunjung hanya diberi waktu 2,5 jam untuk berada dalam satu spot. “Supaya pengunjung bisa lebih nyaman dan mudah dimonitor.”

Pada setiap spot di MoJA Museum terdapat seni instalasi. Pengunjung dapat menyentuh karya-karya seni itu sekaligus beraktivitas di dalamnya. Suguhan seni instalasi di tiap spot juga memiliki tema yang berbeda dan selalu diubah setiap lima bulan. “Saat ini spot sepatu roda bertema futuristik, spot melukis bertema gudang, dan spot golf bertema karnaval,” kata Jennifer.

Dari tiga spot tersebut, arena bermain sepatu roda menjadi spot yang paling ramai dikunjungi. Fikri, salah satu pengunjung, mengatakan bermain sepatu roda bisa membantu menghilangkan stres. “Memang agak bahaya, tapi saya mengapresiasi pihak museum yang menyediakan alat bantu,” ujar Fikri. Begitu juga dengan Malika, yang baru pertama kali mencoba meluncur dengan sepatu roda. “Menyenangkan,” kata dia.

Spot melukis lebih kental akan suasana warehouse. Seluruh ruangan dipenuhi dengan beragam coretan. Pengunjung di spot ini akan mendapat kotak berisi kanvas, gelas untuk cat, pelindung kaki, dan jas hujan plastik.

Beberapa pengunjung terlihat berfokus melukis pada kanvas. Beberapa orang lainnya justru asyik mencorat-coret dinding. Salah satunya Maya, siswi kelas IX yang memang memiliki hobi melukis. “Saya paling suka coret-coret dinding atas,” kata dia. Maya memang sengaja berkunjung ke MoJA Museum untuk menyalurkan hobinya itu.

Sementara itu, di spot golf, pengunjung akan merasakan suasana karnaval. Instalasi seni yang dipasang di sini sekilas mengingatkan pada film Charlie and the Chocolate Factory. “Pengunjung bisa bermain golf, berswafoto, dan kongko di lantai 2,” kata Wahyu, kru di spot golf.

Pengunjung berfoto saat bermain sepatu roda di Museum MoJa di Jakarta. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana

Direktur Youth Studies Centre, Oki Rahadianto, mengatakan jumlah ruang publik yang dikhususkan bagi anak muda memang masih terbatas di Jakarta. “MoJA menangkap peluang itu atas nama kreativitas,” kata dia. “Dimensi digital juga ditangkap. Ada spot swafoto dan photo booth.”

Oki mengatakan konsep yang diusung MoJA Museum sebenarnya merupakan bentuk upgrade dari mal. Sebab, MoJA Museum dan mal sama-sama menghadirkan beragam aktivitas dalam satu lokasi. Bedanya, museum ini lebih mengeksplorasi tren kontemporer. “Mal ada kegiatan konsumsi,” ujar sosiolog dari Universitas Gadjah Mada ini. “Namun MoJA mengusung konsep kreatif dan produktif.”

Oki menilai strategi yang digunakan MoJA Museum ini sebenarnya memanfaatkan pola konsumsi masyarakat post-modern. “Semua dimampatkan jadi satu, mau olahraga, foto, atau melukis,” kata dia. “Pola ini memang terjadi di kawasan urban, termasuk di Jakarta.”

Oki menegaskan bahwa konteks pandemi selama dua tahun juga perlu diperhatikan. Kaum muda merasa penat karena tidak bisa ke mana-mana. “Setelah pandemi melandai, mereka ingin menyalurkan kreativitas di luar rumah,” kata dia.

Menurut sosiolog dari Universitas Indonesia (UI), Daisy Indira, kaum muda di Jakarta memang masih membutuhkan banyak tempat alternatif untuk beraktivitas. Konsep MoJA Museum yang baru dan unik tentu menjadi magnet bagi kaum muda di Jakarta. “Era digital saat ini didominasi oleh interaksi media sosial,” katanya. “Tempat yang menawarkan konsep baru akan dikunjungi oleh kaum muda.”

IMA DINI SHAFIRA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus