Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA- Walau sudah tercemar, Teluk Jakarta masih dapat menjadi produsen pangan dan sumber mata pencaharian bagi nelayan. Hal tersebut dikutip oleh Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) dari artikel Marine Pollution Bulletin tahun 2016 soal pencemaran Teluk Jakarta. “Reklamasi jelas memperburuk kondisi Teluk Jakarta yang sudah tercemar,” kata Martin saat menjadi pembicara dalam diskusi tolak reklamasi di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Selasa, 17 Oktober 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memasuki estafet kedua dalam perjuangan tolak reklamasi, kata Martin, Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta baru, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjadi ujung tombak. Sesuai janjinya saat kampanye, Martin mengatakan akan mengawal usaha penolakan reklamasi oleh Anies Sandi. “Mereka (Anies-Sandi) harus menunjukkan niat baik dalam merealisasikan janjinya,” kata Martin. “Jangan hanya mengumbar janji.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan adanya reklamasi, kata Martin, sedimentasi di Teluk Jakarta yang sudah mencapai satu sentimeter per tahun sejak 1960 dapat memburuk. Peningkatan sedimentasi akan berdampak pada ekosistem laut yang terganggu.
Kematian ikan karena kekurangan oksigen, kata Martin, merupakan efek konkret dari peningkatan sedimentasi di dasar Teluk Jakarta. “Kemampuan flushing (pengikisan sedimen secara alami) sudah menurun, reklamasi akan membuat lebih buruk,” kata Martin.
Martin mengatakan dari 20.550 orang nelayan yang terdaftar di Jakarta, sebagian besar dari mereka merupakan nelayan kecil tradisional. Para nelayan itu menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan di Teluk Jakarta.
Sebelumnya saat masa kampanye Anies-Sandi berjanji akan menolak reklamasi saat terpilih. Mereka juga mengatakan akan setia bersama rakyat, khususnya nelayan perihal reklamasi.