Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SAJAK "Matinya Seorang Petani" yang ditulis Agam Wispi membuat Joebaar Ajoeb dan Sitor Situmorang cukup kerepotan. Pada 1963, dua perwakilan seniman di Dewan Perwakilan Daerah Jakarta itu harus menemui petinggi militer. Militer sebelumnya melarang peredaran sajak Agam yang berisi tentang tewasnya seorang petani saat protes penggusuran tanah di Tanjung Morawa itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo