Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rahim terdiri dari tiga lapisan, yaitu perimetrium, miometrium, dan lapisan terdalam disebut endometrium. Namun pada beberapa kasus, bisa terjadi adenomiosis. Ini adalah gangguan rahim ketika endometrium tumbuh hingga menembus ke dalam dinding otot rahim atau miometrium.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal idealnya, endometrium adalah jaringan yang hanya melapisi bagian permukaan rongga rahim saja. Pada perempuan yang mengalami adenomiosis, rahim akan menjadi lebih tebal. Selain itu menyebabkan perempuan merasakan nyeri berlebihan saat jadwal haid tiba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa gejala adenomiosis lain antara lain haid dengan durasi lama dan volume sangat banyak, kram perut saat haid yang sangat parah, mual, nyeri saat bercinta, sering muncul bercak darah di luar jadwal haid, perut bagian bawah seperti ditekan dan terasa kembung.
Rasa tidak nyaman yang dialami penderita adenomiosis bisa terjadi di salah satu bagian saja atau di seluruh bagian rahim. Meskipun adenomiosis adalah kondisi yang tidak mengancam nyawa, namun rasa nyeri dan perdarahan yang kerap terjadi ini bisa mengganggu.
Perempuan yang mengalami adenomiosis tetap bisa hamil, namun bisa saja mengalami keguguran. Sebab itu, bagi perempuan yang sedang menjalani program hamil namun kerap merasakan nyeri hebat saat haid, sebaiknya memeriksakan diri apakah ada adenomiosis atau tidak.
Jika memang ada, teknologi medis kini bisa menangani tanpa harus mengangkat seluruh rahim. Artinya, operasi hanya dilakukan dengan mengangkat bagian yang bermasalah saja.
Penyebab adenomiosis
Namun hingga kini belum diketahui pasti apa penyebab terjadinya adenomiosis. Ada beberapa teori yang dikembangkan pakarnya adalah pertumbuhan jaringan invasif. Beberapa pakar meyakini bahwa adenomiosis adalah akibat dari invasi sel endometrial dari dinding rahim ke otot di sekitarnya. Mungkin saja, hal ini terjadi karena dipicu insisi rahim seperti saat operasi Caesar.
Selain itu, adenomiosis juga bisa disebabkan karena ada peradangan pada dinding rahim setelah proses persalinan. Ketika terjadi peradangan dinding rahim, kemungkinan muncul celah pada pembatas dinding rahim. Umumnya, perempuan yang menderita adenomiosis adalah yang berusia 40-50 tahun. Meski demikian, bisa saja adenomiosis terjadi pada perempuan berusia lebih muda apabila level hormon estrogennya tidak normal.
Cara mendiagnosis adenomiosis
Tentu tidak semua perempuan yang mengalami nyeri parah saat haid berarti memiliki adenomiosis. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat ada tidaknya pembesaran pada rahim. Selain itu, inovasi di bidang medis seperti MRI atau USG transvaginal juga bisa membantu dokter mendiagnosis apa masalah yang ada pada rahim seseorang. Apabila dicurigai memiliki adenomiosis, maka akan dilakukan pengambilan sampel jaringan rahim untuk diuji (biopsi endometrium). Pengobatannya bisa dengan pemberian obat anti-peradangan, terapi hormon, embolisasi arteri rahim, hingga ablasi endometrium atau pengangkatan endometrium.
Gejala endrometriosis biasanya sangat mirip dengan adenomiosis, sehingga beberapa penelitian menyebutkan bahwa kondisi adenomiosis bisa menyebabkan seorang perempuan sulit memiliki keturunan. Namun dengan penanganan tepat, adenomiosis diharapkan bisa hilang dan memberi peluang lebih besar bagi perempuan untuk bisa hamil dan memiliki keturunan.
Tentunya, tidak semua masalah pada rahim sudah pasti berupa adenomiosis. Bisa saja masalah lain seperti infeksi rahim, penebalan dinding rahim, dan lainnya. Kondisi ini bisa berbeda antara satu perempuan dan lainnya. Pemeriksaan menyeluruh dapat membantu dokter menentukan diagnosis yang tepat.