Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Operasi Ketupat Candi 2024 Polda Jawa Tengah: 533 Kecelakaan, 20 Orang Tewas

Polda Jawa Tengah menggelar Operasi Ketupat Candi 2024 selama masa libur lebaran. Kecelakaan Bus Rosalia Indah jadi kasus yang menonjol.

20 April 2024 | 16.54 WIB

Kakorlantas Polri Irjen Aan Suhanan meninjau lokasi kecelakaan bus Rosalia Indah di KM 370 Tol Semarang-Batang, Jawa Tengah, Kamis, 11 April 2024. Dok. Korlantas Polri
Perbesar
Kakorlantas Polri Irjen Aan Suhanan meninjau lokasi kecelakaan bus Rosalia Indah di KM 370 Tol Semarang-Batang, Jawa Tengah, Kamis, 11 April 2024. Dok. Korlantas Polri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Stefanus Satake Bayu menyebut tren kecelakaan lalu lintas selama Operasi Ketupat Candi 2024 menurun dibandingkan sebelum operasi itu dilaksanakan. Polri secara serentak menggelar Operasi Ketupat pada 4-16 April 2024 atau masa Lebaran Idul Fitri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Mengalami penurunan sebanyak 718 kejadian atau 57 persen, dari 1251 kejadian menjadi 533 kejadian,” kata Stefanus Satake saat dihubungi Sabtu, 20 April 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Stefanus Satake merincikan dari 533 insiden tersebut ada 20 orang tewas, 22 orang luka berat, dan 626 orang luka ringan. Dari peristiwa ini kerugian material ditaksir mencapai Rp 1,448 miliar. 

Selain itu, Stefanus Satake juga menyebutkan dua kejadian menonjol selama operasi ini. Peristiwa itu adalah kecelakaan Bus Rosalia Indah yang merenggut tujuh nyawa dan meledaknya balon udara berisi petasan yang merusak salah satu wilayah di Magelang, Jawa Tengah. 

Catatan Polri soal Kecelakaan selama Lima Hari Lebaran 

Korps Lalu Lintas atau Korlantas Polri mencatat ada ribuan kecelakaan lalu lintas selama lima hari Lebaran atau 10-14 April 2024. Dari jumlah total itu ada ratusan nyawa terenggut atas insiden tersebut. 

Dalam catatan Tempo, selama lima hari Lebaran itu telah terjadi 1.370 kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 200 nyawa melayang. Dari peristiwa ini kerugian materil ditaksir mencapai Rp 3,156 miliar. 

Angka tersebut diperoleh dari laporan rutin Divisi Humas Polri yang Tempo terima. Laporan itu disampaikan secara langsung oleh Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko dan Kepala Bagian Penerangan Satuan Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Komisaris Besar Harry Goldenhard. 

Direktur Penegakan Hukum Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri Brigadir Jenderal Raden Slamet Santoso mengatakan, angka kecelakaan lalu lintas saat arus mudik Lebaran 2024 menurun sebesar 15 persen. 

Angka kecelakaan dihitung selama polisi menggelar Operasi Ketupat 2024, yakni 4 April 2024 sampai dengan 11 April 2024. "Dibandingkan kecelakaan tahun lalu itu terjadi penurunan sampai 15 persen, korban meninggal turun menjadi 3 persen," ucap Slamet dalam keterangan tertulis, Selasa, 16 April 2024.

Adapun faktor penyebab kecelakaan lalu lintas selama arus mudik Lebaran, paling banyak disebabkan oleh pengemudi yang tidak menjaga jarak aman, yakni sebesar 32 persen. Berikutnya kecelakaan saat berbelok sebesar 16 persen, ceroboh berubah arus sebesar 13 persen, dan ceroboh saat menyalip sebesar 11 persen.

Meski kecelakaan lalu lintas secara umun menurun, ada beberapa jenis kecelakaan yang mengalami kenaikan. Kecelakaan tunggal, misalnya, naik 14 persen dengan 79 kejadian. Kecelakaan antara depan-depan naik 3 persen dengan 92 kejadian. Kemudian, kecelakaan depan-belakang naik 1 persen dengan 79 kejadian, tabrakan beruntun turun 9 persen.

Pengamat Ungkap Alasan Kecelakaan Lalu Lintas saat Arus Mudik-Balik Lebaran

Guru Besar Bidang Transportasi Universitas Indonesia (UI), Sutanto Soehodho, mengungkap penyebab terjadinya kecelakaan pemudik sepeda motor. Menurut dia, hal itu disebabkan oleh tiga faktor, yakni manusia atau pengendara, kendaraan, dan lingkungan. Meski pemerintah telah mengimbau masyarakat agar tidak menggunakan sepeda motor saat mudik, namun jumlah pemudik dengan jenis transportasi ini tetap tinggi. Sutanto menyebut, banyak masyarakat yang memilih sepeda motor untuk mudik karena kendaraan ini bersifat fleksibel, door to door, dan hemat.

Sutanto menjelaskan mereka yang sakit atau kurang fit  memiliki risiko kecelakaan lebih tinggi saat berkendara. Fatigue atau kelelahan merupakan faktor utama seseorang mengalami kecelakaan. Kelelahan ini dapat muncul karena waktu berkendara yang terlalu lama tanpa istirahat. Sebab, jarak yang jauh atau kondisi macet. 

“Jika seseorang menempuh jarak yang tidak terlalu jauh, tapi kondisi lalu lintas macet, sehingga menghabiskan waktu lama, itu dapat menimbulkan kelelahan, baik secara fisik maupun emosional. Hal ini dapat memengaruhi behavior dan kemampuan motorik seseorang saat berkendara,” kata Sutanto dikutip dari laman resmi UI, Kamis, 11 April 2024.

Adapun faktor kendaraan terjadi karena beberapa hal. Seperti rem yang aus, ban yang botak, sistem penerangan yang tidak berfungsi, atau masalah lainnya dapat menyebabkan terjadinya hilang kendali saat mengemudi

Sutanto, juga mengungkap masalah lingkungan jadi faktor penyebab kecelakaan. Menurut dia, masalah lingkungan ini tidak hanya meliputi kondisi alam dan cuaca, tapi juga infrastruktur jalan. Kondisi jalan yang tidak rata, berlubang, atau licin, serta penerangan jalan yang tidak memadai dapat menyebabkan kecelakaan bagi pengendara motor.

"Mereka yang melakukan perjalanan dengan jarak lebih dari 50–60 km sebaiknya tidak membawa penumpang tambahan karena faktor fatigue akan sangat luar biasa. Upayakan pengendara untuk beristirahat secara berkala," kata dia. 

ADIL AL HASAN | TIM TEMPO

Adil Al Hasan

Bergabung dengan Tempo sejak 2023 dan sehari-hari meliput isu ekonomi. Fellow beberapa program termasuk Jurnalisme Data AJI Indonesia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus