SEPERTI jang mudah-mudahan sudah para pembatja ketahui, sedjak
nomor lalu TEMPO beredar lebih tjepat sehari. Adalah suatu
kewadjaran berkompetisi djika madjalah ini kami usahakan tidak
kalah tjepat dengan madjalah-madjalah lain malah
sedapat-dapatnja lebih tjepat, selain lebih enak dan lebih lajak
dibatja. Itulah sebabnja beberapa hari ini Wk. Direktur Harjoko
Trisnadi melakukan perdjalanan keliling, a.l. mengundjungi
agen-agen di Medan dan Palembang, disamping kundjungan jang
dilakukan oleh beberapa anggota dewan redaksi kebeberapa daerah:
sambil melaku-kan reportase, djuga melakukan observasi dibidang
pemasaran.
***
DALAM rubrik Ekonomi nomor ini kami sadjikan laporan koresponden
Sori Siregar dari Bremen, tentang tembakau Indonesia. Sori jang
baru-baru ini pulang ke Medan, berkeliling Amerika dan Eropa dan
dari sanalah penulis itu mengirimkan berita-beritanja, termasuk
tentang tembakau meskipun dia lebih dikenal sebagai penulis
tjerita-pendek. "Tak mudah melakukan pemberitaan dengan
sumber-sumber Kedutaan kita", tulisnja, "sebab ada sematjam
kecurigaan bahwa setiap wartawan datang untuk minta bantuan".
TEMPO jang baru mulai selesai mengorganisir pemasaran keluar
negeri (meskipun djumlah jang ganan disana belum besar)
mudah-mudahan bisa membentuk komunikasi, hingga "ketjurigaan"
sematjam diatas bisa hilang.
***
LAPORAN utama nomor ini ditulis Putu Widjaja, tentang satu
problim jang tak kalah hangatnja ditengah-tengah usaha
mendjelang Pemilu: pembadjakan lagu-lagu. Dia berkeliling
ketempat pendju-alan kaset-kaset, demikian djuga D S. Karma.
Sementara itu Harun Musawa menginterpiu penjanji-penjanji dan
artis-artis, sedang Martin Aleida menemui beberapa ahli atau
komentator musik. Herry Komar menghubungi instansi-instansi
resmi. Dari Surabaja A. Yassin mengirimkan laporannja, begitu
pula Suharja Hamid dari Bandung. "Soal ini menjangkut soal hakt
jipta bidang musik pop", komentar Putu, "jang djika tak
dipetjahkan akan menghambat terus perkembangan musik pop
Indonesia jang sekarang ini sudah djadi industri". Segi hukumnja
ditulis Zen Umar Purba, tapi akan kami muat nomor depan. Dan
sedikit pengalaman D.S. Karma: "Tukang-tukang kaset tak berani
bitjara terang-terangan pada saja. Pengalaman mereka, jang suka
bertanja biasanja intel-jang bisa sadja berlagak wartawan, tapi
kemudian menjita barang mereka". Sudah tentu itu agak merugikan
tugas wartawan, tapi apa daja?