Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETELAH setengah tahun tak ada kabar beritanya, awal Mei lalu Sutini -- ini nama tidak betul -- mudik ke desanya dengan dandanan keren. Pakaiannya aduhai. Rambutnya yang dulu panjang terurai kini dipotong pendek. Selain itu, uangnya juga banyak. Untuk orangtua dan adik-adiknya, Sutini sengaja membelikan sejumlah oleh-oleh. Padahal, sewaktu meninggalkan rumahnya di Dusun Mlakas, Grobogan, Jawa Tengah, ia hanya membawa bekal pas-pasan. Pendek kata, tongkrongan gadis berusia 23 tahun itu kini berubah 180 derajad. Penampilan Sutini yang wah itu mengejutkan sanak saudaranya. Tetangganya juga ikut bengong. Yang lebih mengagetkan, selama di desanya Sutini sering terlihat berseragam polisi. Ke mana-mana ia selalu mengenakan rok cokelat dan blus warna krem, lengkap dengan sepatu hitam serta topi pet. Bedanya, seragam yang dipakai tidak ditempeli atribut apa-apa. Jalannya tegap dan gagah. "Dia mengaku menjadi polwan di Kudus," kata Karman, tetangganya. Namun, Karman sempat curiga juga. "Lha wong, saya nggak pernah dengar dia mendaftar jadi polisi, kok, sekarang mengaku-ngaku," tambah pemuda yang pernah akrab dengan Sutini ini. Rupanya, Sutini bertandang ke rumah temannya dan di situ ia mengaku sebagai anggota polwan. Tak tahunya di situ ada polisi berpakaian preman. Polisi asli curiga dan mengusut polisi wanita yang tidak asli. Ya, Sutini pun diciduk. Gadis bertubuh atletis dan berwajah manis itu diperiksa secara intensif. Ia tak bisa mengelak. Dan inilah pengakuan sesungguhnya. "Saya ini sebenarnya bukan polisi, Pak," kata Sutini sembari menangis. Ketika didesak lebih jauh, akhirnya ia mengatakan terus terang bahwa ia seorang pelacur yang berdinas di lokalisasi Gribig, Kudus. Tapi Sutini mengaku tidak melakukan kejahatan. "Saya belum pernah menipu atau meminta uang. Saya menyamar di desa saya karena saya malu dengan pekerjaan saya sekarang," ujarnya. "Entah apa jadinya kalau keluarga saya sempat mengetahui saya jadi pe ...," tutur Sutini ketika ditemui Heddy Lugito dari TEMPO. Sutini sebetulnya ingin menjauhi profesi tak sedap itu. "Tapi karena sudah telanjur kecebur, ya, saya jalani sambil berdoa dan mencari pekerjaan lain," katanya. Ia sendiri sejak kecil bercita-cita jadi polwan. "Kalau nanti saya punya anak, saya ingin dia jadi polwan." Sutini tidak ditahan. Jebolan SMP kelas dua itu hanya dikenai sanksi wajib lapor setiap hari Senin di Polres Grobogan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo