Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Permintaan Meroket, Petani Madu Pakai Cairan Gula  

Madu yang kesohor berpotensi dipalsukan.

17 Maret 2015 | 11.43 WIB

Dua pekerja mengambil sarang lebah pohon rambutan untuk diambil madunya di Kelurahan Kalisegoro, Gunungpati, Semarang, Minggu (4/11). TEMPO/Budi Purwanto
Perbesar
Dua pekerja mengambil sarang lebah pohon rambutan untuk diambil madunya di Kelurahan Kalisegoro, Gunungpati, Semarang, Minggu (4/11). TEMPO/Budi Purwanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Madu Pramuka Wawan Darmawan mengatakan tren gaya hidup sehat membuat permintaan madu meningkat. "Banyak yang ingin menghindari gula, beralihnya ke madu," katanya kepada Tempo, Jumat, 13 Maret 2015. Tren ini membuat peningkatan konsumsi madu nasional dari 10-15 gram menjadi 15-20 gram per kapita per tahun. Wawan memprediksi kebutuhan madu mencapai lebih dari 20 ribu ton."

Ketua Umum Jaringan Madu Hutan Indonesia Rio Bertoni mengatakan permintaan madu masih didominasi konsumen pribadi. "Belum ada korporasi yang menyerapnya sebagai bahan baku campuran makanan," ujarnya. Menurut Rio, permintaan madu dari luar negeri juga meroket. Ia mengklaim petani di bawah pengelolaan JMHI kerap mengekspor madu hutan curah ke Malaysia.

Permintaan dirasakan semakin menguat ketika masa paceklik bunga. Pada musim ini, madu budi daya menyusut pasokannya. Menurut Rio, madu budi daya menyuplai sekitar 25 persen dari total suplai madu nasional. "Suplai masih didominasi madu hutan."

Produksi madu pada masa paceklik bunga membuat petani menempuh berbagai cara. Suyanto, petani madu di Wonogiri, Jawa Tengah, mengatakan cara yang lazim dilakukan adalah memberikan cairan gula di dekat koloni lebah. Cairan gula itu berfungsi sebagai pengganti nektar, makanan lebah, dari bunga. Madu yang dipanen tetap berasal dari perut lebah. Dengan cara ini, petani bisa mempercepat panen selama 3-4 hari. Tanpa cairan gula, petani memanen sekitar 15-30 hari.

Namun, ada juga jalan pintas, yaitu mencampur madu dengan cairan gula. Baru-baru ini, enam orang ditangkap Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, pada 18 Januari 2015. Mereka kedapatan memalsukan madu dengan mencampur madu dengan cairan gula. Praktek pemalsuan madu di Kalimantan Barat marak karena daerah ini kesohor sebagai sentra madu hutan Kalimantan yang dibanderol Rp 100 ribu per kilogram.

AKBAR TRI KURNIAWAN | ASEANTY PAHLEVI | AHMAD RAFIQ

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akbar Tri Kurniawan

Akbar Tri Kurniawan

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus