Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tapi begitulah. Sejak dikumpulkan pertama kali pada 1982 oleh Kepala Bulog (Kabulog) ketika itu, Bustanil Arifin, dana taktis Bulog ini praktis hanya diketahui dua pihak, yakni Kabulog dan Presiden Soeharto. Berapa dana yang masuk dan ke mana saja duit tersebut disalurkan, bisa dibilang, tak ada yang tahu kecuali dua pihak tadi. Namun, krisis ekonomi rupanya juga membawa berkah selain kesengsaraan. IMF sebagai dokter krisis Indonesia agaknya mencium ada praktek yang tidak beres di Bulog. Karena itulah IMF kemudian meminta agar Bulog diaudit bersama Pertamina dan PLN untuk kurun waktu 1994/1995-1998/1999. Masuklah kemudian Arthur Andersen pada awal 1999. Bersamaan dengan itu, BPKP pun ikut masuk.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo